Makalah PSkologi Agama pengertian Psikologi agama dan Psikologi umum



makalah
PSIKOLOGI AGAMA


oleh :
Nadya Afrina
Desra Yulia
Fitriana
Siti Aisyah



DOSEN DIKTAT : Selamat Pasaribu, S.Pd.I, M.Psi
 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
T.P 2014/2015




KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirabil’alamin,puji dan syukur hanya milik Allah, tuhan pencipta alam yang menghidupkan dsn mematikan manusia, sang pemberi rezeki, rahmad, taufiq dan hidayah. Dialah satu-satunya Dzat yang harus dipertaruhkan dan diagungkan akan kekuasaan nya.
Dan tak lupa salawat dan salam yang dihadiahkan pengarang kepada Nabi besar kita Muhammad SAW agar pengarang dan pembacanya mendapat kan syafa’at diakhir kelak nanti.
Sebagai usaha pengarang membuat makalah yang meliputi Pengertian psikologi umum dan Agama, Sejarah Perkembangan Psikologi Umum dan Agama, Metode-metode dalam Psikologi agama dan psikologi Umum, serta Psikologi agama dalam Islam. Makalah ini diharapkan untuk meningkat kan mutu belajar dan pengetahuan para pembaca untuk lebih baik lagi mengetahui tentang Psikologi.
Dan dengan dibuat makalah ini diharapkan mampu memahami tentang perbedaan Psikologi Umum dan agama dan mengamalkan ilmunya kepada ummat dan bangsa dari pembahasan yang akan dibahas oleh pengarang.
Pada kesempatan ini tak lupa pengarang mengucapkan terimakasih kepada pembaca dan pendengar makalah ini. Pengarang menyadari bahwa makalah ini memamg jauh dari kesempurnaansehingga segala kritik dan saran akan kami terima dengan lapang hati.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.









                                                                                             Medan, 06 Maret 2015



                                                                       
                                                                                                Pengarang



BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
            Maha besar dan terpuji Tuhan yang telah menciptakan manusia dengan keistimewaan tersendiri,berbeda dari makhluk-makhluk lain nya.dengan keistimewaan itu manusia diharapkan dapat hidup bahagia didunia dan di akhirat sesuai dengan tujuan penciptanya.
            Makalah ini telah memfokuskan pada pembahasan tentang Psikologi (ilmu Kejiwaan), Sejarah Perkembangan Psikologi, Beberapa Metode dalam Psikologi Agama, serta Psikologi Agama dalam Islam.
            Jika dikaji secara mendalam Psikologi adalah yang menarik untuk dibahas karena Psikologi/ ilmu kejiwaan yang sehari-hari kita jumpai disekitar lingkungan kita, serta terkadang membahas diri kita sendiri.

B.RUMUSAN MASALAH
a.Pengertian Psikologi Umum dan Psikologi Agama.
b.Sejarah Perkembangan Psikologi Umum dan Psikologi Agama.
c. Beberapa Metode dalam Psikologi Agama dan Psikologi Umum.
d.Psikologi Agama dalam Islam.

C.TUJUAN
1. Supaya kita bisa tahu letak perbandingan psikologi Umum dan Agma.
2. Supaya kita mengertahui bagaimana Sejarah dan Metode- Metode dalam Psikologi Agama.
3. Supaya kita tahu bersikap atau bertingkah laku secara Psikologi.






BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Psikologi Umum dan Psikologi Agama

1.      Pengertian Psikologi secara umum
[1]Secara harfiah psikologi umumnya dimengerti sebagai “ilmu jiwa”. Pengertian ini berdasarkan pada penerjemahan kata yunani: psyche dan logos. Psyche berarti “jiwa” dan logos berarti “ilmu” . dengan demikian, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan.
            Selain itu psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang aktif yang ada pada individu yang mewujudkan atau memanifestasi melaui tingkah laku, tingkah laku melalui gerakan-gerakan yang disadari dan bertujuan untuk dialamai oleh orang dewasa, normal, berdab dan berkebudayaan.
            [2]Sobur ( 2009) mengemukakan secara ringkas pengertian psikologi yang dikemukan oleh beberapa ahli, antara lain:
1.      Menurut Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempeajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
2.      Menurut Clark dan Miller, psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku. Prilaku yang dapat diamati seperti gerak tangan, cara berpikir dan perubahan kejiwaan dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi.
3.      Mayer, 1981, psikologi adalah analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami prilaku manusia.
4.      Menurut morgan, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.



Adapula pendapat para ahli yang mengatakan bahwa:[3]

1.      Ernest Hilgert( 1957) dalam bukunya yang berjudul Introduction to psychology, beliau mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
2.        George A. Miller( 1974)  dalam bukunya psychology and communication, beliau berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
3.      Henry Gleitman mendefenisikan bahwa psikologi adalah “ ilmu pengetahuan yang berusaha memahami prilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu dan juga berusaha memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan”.
4.      Edwin G. Borning dan Herbert S. Langfeld dikutip dari sarwono (1984) mendefenisikan psikologi secara sederhana yaitu “ psikologi ialah studi tentang hakikat manusia”.
Dari penjelasan diatas begitu banyak perbedaan pendapat untuk dijadikan pedoman,tetapi intinya bahwa psikologi itu adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan manusia.

2.      Pengertian psikologi agama
[4]Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama, dimana psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, sedangkan agama menurut Harun Nasution adalah:
1.      Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.      Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
3.      Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal sari sesuatu kekuatan gaib.
4.      Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan persaan takut terhadap kekuasaan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
5.      Ajaran- ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
Jadi psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama. Dengan demikian, psikologi agama mencakup dua bidang kajian yang sama sekali berlainan, sehingga ia berbeda dari cabang-cabang psikologi lainnya, misalkan psikologi kepribadian menitikberatkan kajiannya pada aspek kepribadian dalam hubungan nya dengan tingkah lakumanusia, psikologi anak menitik beratkan kajiannya pada aspek kejiwaan dan tingkah laku pada usia tertentu yang disebut usia kanak-kanak[5].
Baik itu psikologi maupun agam mencakup masalah-masalah yang berhungan dengan kehidupan batin manusia, namun dari sisi tertentu terdapat perbedaan yang cukup tajam, misalkan masalah kejiwaan dengan hubungan nya dengan tingkah laku, psikologi umum hanya mengkaji secara empiris oleh ilmu pengetahuan berbeda dengan psikologi agama selalu mengkaitkan dengan ketuhanan.
Dalam hal lain agama juga sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku pemeluknya,karena sikap dan tingkah laku dapat diamati secara empiris. Apa yang ditampilkan seorang penganut agama yang taat, bagaiana pun berbeda dengan sikap dan tingkah laku orang yang kurang taat. Agama berfungsi sebagai pendorong , pencegah bagi tindakan-tindakan tertentu.

Pengertian psikologi agam menurut para ahli:[6]
1.      Menurut Zakiah Daradjat, pengertian psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelaji seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya.
2.      Menurut Drever,1968 psikologi agama adalah studi mengenai aspek psikologis dari agama,mengenai peran religius dari budi. Suatu cabang psikologis yang menyelidiki sebab –sebab dari ciri-ciri psikologis dari sikap religius dan berbagai fenomena dalam individu yang muncul dari atau menyertai sikap dan pengalaman tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku makhluk hidup mengenai kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar penagruh keyakinan beragama serta keadaan hidup pada umumnya.

B.Sejarah Perkembangan Psikologi Umum dan Psikologi Agama

a . sejarah perkembangan psikologi[7]
            Dilihat dari sejarah, psikologi sudah berkembang sejak berabad- abad yang lalu bahkan sebelum masehi (zaman yunani) sampai sekarang,sehingga sejarah psikologi bisa dilihat dari sudut pandang apa pun. Sekarang kita akan membahas tentang sejarah perkembangan psikologi dan perlu diingat bahwa psikologi modren sekali pun tidak bisa dipisahkan dengan sejarahnya.
            Sebagian ahli berpendapat bahwa psikologi berkembang dari ilmu filsafat yang memisahkan diri sebagai ilmu mandiri.
Sejak zaman filsuf-filsuf besar seperti Sokrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM)n telah berkembang filsafat mental yang berusaha memberikan pengalaman-pengalaman kejiwaan atau membahas persoalan “jiwa raga” (body mind problems).
Ahmadi (1998) menjelaskan bahwa psikologi menampakkan kemajuan yang agak pesat pada awal abad ke XIX. Pada saat itu banyak dilakukan eksperimen fisika, fisiologi dan mencakup reaksi manusia pada kondisi tertentu.
Tokoh psikologi eksperimen yang sangat terkenal adalah Wilhelm Wundt (1832-1920) seorang dokter,filsuf, ahli fisika. Banyak melakukan eksperimen tentang proses-proses kesadaran meliputi pengindraan dan perasaan.

Masa Yunani [8]
Lundin (1991) menjelaskan bahwa pendekatan dan orinasi filsafat masa yunani yang terarah pada eksplorasi alam, ditandai dengan kemajuan dibidang astronomi dan matematika.
Masa pra yunani kuno: tahap intelektual masih primitive yaitu: dewa-dewa menjadi kekuatan spritual mereka.

Contoh: Mesir
Manusia adalah pihak yang lemah.prilaku ditentukan oleh kekuatan spritual maka tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan menreka dengan cara menjunjung tinggi otoritas para sprit. Emudian filsuf-filsuf besar seperti socrates (469-399 SM) telah berkembang filsafat mental yang membahas secara jelas persolan “jiwa raga”. Kejayaan masa yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filusuf besar,seperti: Socrates,Plato, Aristoteles.

Masa Abad Pertengahan
a.       Akhir Hellenistic
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya Alexander the Great melalui ekspansi militer sampai kedaerah Timur. Bersamaan itu pula masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama persia, India, dan Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spritualitas menggantikan naturalisme.

Masa Romawi
Konteks sosial:
-          Pemerintah kekaisaran Romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial.
-          Ide- ide pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan.
-          Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, mislanya ritual relgi masyarakat romawi.
Pengaruh Kristen[9]
Konteks sosial:
-          Masa penyebaran agama Kristen dengan tokoh yesus sebagai pewujudan “manusia sempurna” beserta perilakunya yang harus jadi teladan.
-          Gereja dan ulamanya berperan penting dalam masyarakat.
-          Gereja merupakan penyelenggara pendidikan moral.
-          Jiwa manusia ( soul) ada pada dunia yang tidak nyata ( intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata dan eksistennya hanya dapat dibuktikan lewat percaya (iman).

Masa Renaissans
Konteks sosial:
Masa ini merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat dokrinal maksudnya, dibawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini semakin kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan peran iman, pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman dimasyarakat.

Masa pasca Renaissans dan Revolusi manusia
Konteks sosial
Ada beberapa pandangan penting manusia pada saat ini:
            Pola pikir yang lebih mekanistik dalam memandang alam dan manusia. Itu berarti bahwa alam memiliki sistem, dapat diramalkan dan tidak tunduk pada hukum spritual belaka. Manusia juga memiliki reason, kemampuan untuk berpikir logis dan dengan demikian tidak tunduk total kepada hukum spritual dan kesetian semata.

 Sejarah psikologi diindonesia[10]
            Irwanto (1991) mengemukakan kebutuhan akan jasa psikologi di indonesia sudah terasa sejak tahun 1950-an khususnya untuk membantu dunia pendidikan nasional yang semerawut setelah kemerdekaan. Diplopori oleh seorang guru besar Fak. Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof slamet imam Santoso, pada tahun 1953 kemudia dia membentuk lembaga pendidikan psikologi pertama di Indonesia. Kemudia pada tahun 1961  di Bandung didirikan Fakultas psikologi sebagai hasil kerjasama anatara pusat psikologi Angkatan daratan dengan Padjajaran.
            Menurut beberapa pengamat, seperti John S. Nimpoeno (1985) pendidikan psikologi di indonesia masih belum memuaskan, kendala utamanya adalah tidak jelasnya kebutuhan psikologi dan kurang nya ilmu tentang psikologi.
            Himpuanan psikologi indonesia ( HIMPSI) tahun 1998/1999, yang membawahi  pendidikan psikologi di Indonesia tahun 1994 membuat kurikulum baru dimana gelar S.psi diberiakan jika mahasiswa telah memenuhi 140 sks, kemudian dapat meneruskan pendidikan S2 ditambah 29 sks untuk mendapatkan gelar psikolog.

B.Sejarah perkembangan psikologi agama[11]
Sejarah munculnya psikologi agama sebagai disiplin pernah tercatat kurang harmonis. Psikologi menuduh agama sebagai obsesi, kadang-kadang sebagai pemenuhan keinginan kanak-kanak atau sebagai ilusi seperti yang diungkapkan Freud. Sebagian psikolog menyatakan sebelum orang mendalami agama lebih dalam ia harus sakit jiwa dulu.
Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa psikologi agama merupakan cabang dari psikologi. Sebelum menjadi ilmu otonom( menetap) psikologi memiliki latar belakang sejarah perkembangan yang cukup lama, karena psikologi agama dinilai sebagai cabang psikologi relatif masih muda.
Dan untuk metapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai dipelajari terasa agak sulit, karena baik dalam kitab suci maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap jelas mengenai hal itu tetapi dalam kitab-kitab disetiap agama banyak menerangkan tentang psoses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena pengaruh agama.
[12]Contohnya seperti kisah Nabi Ibrahim yang ingin mencari jiwa Tuhan atau sosok seorang Tuhan dimulai kekaguman Nabi Ibrahim terhadap benda-benda yang diciptakan Allah dan mengganggapnya sebagai Tuhan, kemudian kisah Nabi Musa yang ingin melihat Tuhan sebagai tanda cinta nya terhadap Tuhan.
Dalam kitab lain juga dijelaskan tentang perjalan hidup Sidharta Gautama dari seorang putra Raja Kapila Wastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup untuk menjadi seorang petapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya terahadap keyakinan agama yang dianutnya.dan proses itu kemudian dalam psikologi agama disebut dengan konversi agama.
Sidharta Gautama yang sejak kecil sudah hidup dalam lingkupan istana yang mewah, tetapi ketika dia remaja, saat melihat kehidupan masyarakat, dia menyimpulakan bahwa kehidupan masyarakat penuh dengan penderitaan , mengalami usia lanjut, sakit dan akhirnya akan mati.
Segala yang di saksikan oleh Sidharta Gautama kemudian membatin sehingga pada suatu malam ia keluar dari istana dan meninggalkan segala kemewahan yang dimilikinya dan ia pun mengasingkan diri menjadi petapa dan Sidharta Gautama mengalami konversi agama pemeluk agama hindu menjadi pendakwah agama baru yaitu agama Budha. Dan Sidharta Gautama kemudian dikenal sebagai Budha Gautama.
Terlalu banyak contoh-contoh yang dapat dikemukan tentang hubungan antara kesadaran dan pengalaman agama dengan sikap tingkah laku para penganut agama, yang kemudian di jadikan sebagai objek kajian psikologi agama, Namun kasus-kasus seperti itu belum dipelajari secara ilmiah, sehingga dianggap sebagai pristiwa-pristiwa keagamaan biasa.
[13]Dalam kurun waktu dua darsawarsa terakhir ini terlihat adanya fenomena peningkatan kehidupan beragama yang hampir merata di seluruh dunia. Dinegara- negara timur dimana kehidupan beragama sudah mentradisi, timbul semangat baru dalam kehidupan beragama dikalangan generasi muda, seperti dimesjid, gereja, vihara dan tempat ibadah lainnya. Di Indonesia gejala ini juga ditunjukkan dengan semakin maraknya kegiatan-kegiatan keagamaan dikampus- kampus. Selain itu dinegara- negara Barat kehidupan beragama mereka juga berkembang secara pesat.
Peningkatan kehidupan beragama di kalangan masyarakat juga di iringi dengan peningkatan minat para ilmuwan sosial untuk mempelajari masalah-masalah keagamaan, seperti G. Stanley Hall (1881) ,James H Leuba (1912) , Fluornoy (1901) dan lain-lain.

C. Beberapa Metode Dalam Psikologi Agama dan Psikologi umum

a. Beberapa Metode dalam Psikologi Agama[14]
Sebagai sebuah disiplin ilmu, Psikologi Agama mengumpulkan data-data dan konsep-konsep beragama melalui berbagai penelitian dengan menggunakan dengan menggunakan metode penelitian. Di antara metode-metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji Psikologi Agama adalah :

1.      Dokumen Psikologi
            Metode ini digunakan untuk mempelajari bagaimana pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubunganya dengan agama. Untuk mengetahui informasi tentang hal ini maka dikumpulkan dokumen pribadi seseorang. Dokumen tersebut dapat berupa autobiorafi, biografi atau catatan-catatan yang dibuatkan mengenai kehidupan beragama sesorang.
            Metode dokumentasi tersebut dalam penerapannya dapat menggunakan beberapa teknik, antara lain :[15]
a.       Teknik Nomotatik
Pendekatan ini antara lain digunakan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan individu. Sementara Dalam psikologi Agama, teknik nomotik ini antara lain untuk melihat antara lain untuk melihat sejauh mana hubungan sifat dasar manusia dengan sikap keagamaan.
b.      Teknik Analisis Nilai (Value Analysis)
Teknik ini digunakan dalam kaitannya dengan statistik. Data-data yang telah dikumpul diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian dalam penilaian berbagai individu yang diteliti.
c.       Teknik Ideography           
Tekni hampir sama dengan teknik nomotatik, yaitu pendekatan guna memahami sifat dasar manusia. Bedanya , teknik ini lebih menekankan antara sifat-sifat dasara manusia dengan keadaan tertentu dan aspek-aspek kpribadian yang menjadikan  ciri khas masing-masing individu dalam rangka memahami seseorang.
d.      Teknik penilaian sikap (Evaluation attitudes technique)
Teknik ini digunakan dalamm penelitian biografi, tulisan atau dokumen yang ada hubunganya dengan individu yang akan di teliti.

2.      Angket
Metode angket digunakan untuk meneliti proses jiwa beragama pada orang yang masih hidup dengan menggunakan angket sebagai instrumen pengumpulan data. Metode ini digunakan untuk mengetahui prosentase keyakinan seseorang pada umumnya tentang sikap beragama,ketekunan agama, dan sebagiannya. Metode ini digunakan teknik.
a.       Pengumpulan pendapat masyarakat.
Cara yang digunakan melalui pengumpulan pendapat khalayak ramai. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan kesadaran dan pengalaman beragama khalayak ramai.
b.      Skala penilaian.
Metode ini antara lain digunakan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan kelompok.
3.      Wawancara[16]
Metode wawancara digunakan untuk meneliti prses jiwa beragama melalui orang yang masih hidup dengan wawancara langsung dan tidak langsung. Metode ini, dapat digunakan untuk mengetahui kesadaran dan pengalaman beragama seseorang yang beranggap  memiliki ciri khas beragama.
4.      Tes
Metode tes digunakan untuk mempelajari tingkah laku keagamaan sesorang dalam tertentu, misalnya tentang pengetahuan agama kerukunan antara umaat beragama, konfersi agama,dll.
5.       Eksperimen
Digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan seseorang melalui prilaku khusus yang sengaja di buat.  Misalnya eksperimen tentang pengaruh pendidikan sholaat yang khusu’ terhadap perilaku jujur remaja.

6.      Observasi melalui pendekatan sosiologi dan antropologi.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sosiologi, yaitu dengan mempelajari sifat-sifat manusia orang perorangan  atau perelompok. Misalnya penelitian tentang pengalaman beragama pantai dengan masyrakat beragama di kota.




7.      Pendekata terhadap perkembangan.
Pendekatan ini guna meneliti asal usul perkembangan aspek psikologi manusia dalam hubungan nya dengan agama yang di anut. Misalnya penelitian keagamaan terhadapa usia lanjut.

8.      Metode klinis dan proyektivitas
Metode ini memanfatkan cara kerja klinis.  Penyembuhan dilakukan dengan cara menyelereasakan hubungan antara jiwa dan agama. Misalnya menggunakan agama sebagai terapi bagi orang-orang yang mengalami tekanan jiwa atau orang yang mengalami neorosis.

9.      Studi kasus.
Dilalkukan dengan cara mengumpulkan dokumen , catatan, hasil wawancar atau lainnya untuk kasus-kasus tertentu. Misalnya kasus konfresi agama dikabupaten karo.

10.   Survei
metode ini biasanya digunakan untuk penelitian sosial yang bertujuan untuk penggolongan manusia dalam hubungannya dengan pembentukan organisasi dalam masyarakat. Misalnya penelitian tentang konsep Tuhan menurut Remaja di Sumatera Utara.

b.Beberapa Metode dalam Psikologi Umum[17]
            Saleh (2008) menjelaskan dalam usahanya untuk mempelajari tingksh laku manusia, psikologi menggunakan beberapa metode – metode tersendiri untuk menyelidi suatu objek. Objek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia yang bersifat kompleks dan selalu berubah untuk maju menuju kesempurnaan.



            Beberapa metode dalam psikologi umum:[18]

1.      Metode Eksperimental
Metode ini biasanya dilakukan didalam laboratorium. Hal yang merupakan pokok dalam metode ini adalah penelitian dan metode ini adalah metode yang meneliti dari variabel satu dengan variabel lainya.
2.      Observasi alamiah
Metode ini adalah metode untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja mengamati secara langsung, teliti dan sistematis.
Dalam observasi alamiah, peneliti melaksanakan pekerjaannya dilapangan, yaitu dalam situasi sesungguhnya dimana situasi tidak dikendalikan oleh peneliti melainkan semata-mata dipengaruhi oleh proses alamiah saja.
3.      Sejarah Kehidupan
Psikologi pada dasarnya mempelajari manusia sebagai individu. Untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar belakangnya maka peneliti mengenai sejarah kehidupan orang yang bersangkutan merupakan salah satu metode yang penting dalam psikologi
4.      Wawancara
Wawancara merupakan metode pendidikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Wawancara digunakan untuk menggali pendapat, perasaan,sikap, pandangan, dll.
5.      Angket
Angket pada hakikatnya merupakan wawancara juga, bedanya hanya saja pada angket, kuesioner itu langsung diberikan pada responden untuk dibaca sendiri pertanyaan- pertanyaannya, dan responden menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan tertulis pula.
6.      Pemeriksaan atau tes psikologis
Untuk meneliti kepribadian atau jiwa subjek dilakukan pemeriksaan psikologis. Metode ini menggunakan alat-alat tertentu disebut psikodiagnostik. Bentuk alat-alat psikodiagnostik bermacam-macam seperti berhitung, merangkai kata,menjawab pertanyaan-pertanyaan,menggambar,dll. Pada prinsipnya pemeriksaan psikologis ini dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui metode-metode lain seperti wawancara,angket,observasi,dll.

D. Psikologi Agama Dalam Islam[19]

Secara terminologis, psikologi agama tidak di jumpai dalam kepustakaan Islam Klasik, karena latar belakang sejarah perkembangannya bersumber dari literatur Barat. Dan di kalangan ilmuwan Barat yang mula-mula menggunakan sebutan psikologi agama adalah Edwin Diller Starbuck, melalui karangannya Psychology of Religion yang terbit tahun 1899.
Meskipun di kalangan ilmuwan Muslim kajian-kajian dalam psikologi agama mulai dilakukan secara khusus sekitar pertengahan abad ke-20, namun permasalahan yang ada sangkut-pautnya dengan bidang kajian ini sudah berlangsung sejak awal perkembangan Islam. Kenyataan ini dapat dilihat dari berbagai konsep ajaran Islam yang dapat dijadikan acuan dalam studi psikologi agama.
Manusia menurut terminology Al-qur’an dapat di lihat dari berbagai sudut pandang. Manusia disebut al-basyar berdasarkan pendekatan aspek biologisnya. Dari sudut pandang ini manusia dilihat sebagai makhluk biologis yang memiliki dorongan primer dan makhluk generatif. Sedangkan, dilihat dari fungsi dan potensi yang dimilikinya manusia disebut al-insan. Konsep al-insan menggambarkan fungsi manusia sebagai penyandang khalifah Tuhan yang dikaitkan dengan proses penciptaan dan pertumbuhan serta perkembangannya. Selain itu, konsep al-insan juga menunjukkan potensi yang dimiliki manusia seperti kemampuan untuk mengembangkan ilmu.
Kemudian manusia disebut al-Nas yang umumnya dilihat dari sudut pandang hubungan sosial yang dilakukannya. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga dibebankan tanggung jawab sosial, baik dalam bentuk lingkungan sosial yang paling kecil (keluarga) maupun yang lebih besar seperti masyarakat, etnik maupun bangsa. Manusia pun disebut sebagai al-Ins untuk mengembangkan aspek spiritual yang dimilikinya.
[20]Dalam bentuk pengertian umum, Alquran menyebut manusia sebagai Bani Adam. Konsep ini untuk menggambarkan nilai-nilai universal yang ada pada diri setiap manusia tanpa melihat latar belakang perbedaan jenis kelamin, ras, dan suku bangsa ataupun aliran kepercayaan masing-masing. Bani Adam menggambarkan tentang kesamaan dan persamaan manusia, yang tampak lebih ditekankan pada aspek fisik.
Manusia menurut pandangan Islam dipandang sebagai makhluk psikis. Dari sudut pandang ini, pemahaman manusia berdasarkan aspek psikis ini sama sekali berbeda dengan pandangan ilmuwan Barat. Umumnya, pemahaman barat tentang aspek psikis manusia terbatas pada unsur-unsur kejiwaan yang terdiri dari cognisi, roh dan akal merupakan potensi manusia untuk dapat dikembangkan. Tetapi yang jelas unsur-unsur psikis manusia itu menurut konsep Islam senantiasa dihubungkan dengan nilai-nilai agama.
Konsep tentang manusi seperti dikemukakan diatas menjadikan pendekatan Islam berbeda dengan pendekatan psikologi yang dikembangkan di Barat. Dengan demikian, psikologi agama sebagai telaah terhadap kesadaran dan pengalaman agama melalui pendekatan psikologi akan jadi berbeda pula. Pendekatan psikologi terhadap kedua aspek keagamaan itu bersumber dari pandangan aliran psikologi terhadap manusia.
Aliran Behaviorisme, misalnya berpendapat bahwa perilaku manusia ditentukan oleh hokum stimulus dan respons sedangkan menurut aliran psikoanalisis, perilaku manusia didorong oleh kebutuhan libidonya. Pandangan Behaviorisme mengisyaratkan bahwa perilaku agama erat kaitannya dangan stimulus lingkungan seseorang. Jika stimulus keagamaan dapat menimbulkan respons terhadap diri seseorang, maka akan muncul dorongan untuk berperilaku agama. Sebaliknya, jika stimulus tidak ada maka tertutup kemungkinan seseorang untuk berperilaku agama. Jadi, perilaku agama menurut pandangan behaviorisme bersigat kondisonal (tergabtung dari kondisi yang diciptakan lingkungan).
[21]Menurut Psikoanalisis sikap dan tingkah laku agama bersumber dari pemuasan kebutuhan libido manusia. Menurut Freud, dalam perkembangannya kearah peradaban, manusia memperoleh posisi berkuasa atas sesame makhluk dalam kerajaan binatang. Karena tak puas dengan superioritas ini, maka manusi menciptakan jurang perbedaan antara sifatnya dengan sifat makhluk lain. Ia menyangkal bahwa, makhluk lain memiliki akal, sedangkan dirinya sendiri dipertautkan dengan suatu jiwa yang abadi dan mengklaim dirinya sebagai bercitra Ilahi agar putus pertaliannya dengan kerajaan binatang. Dalam pandangan ini Freud melihat bahwa agama merupakan ciptaan manusia karena kebutuhannya.
Psikologi agama dalam Islam sulit dilacak dan diangkat menjadi displin ilmu yang otonom. Walaupun dalam kenyataannya permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian psikologi agama sudah memiliki latar belakang sejarah yang cukup lama, namun dalam statusnya sebagai disiplin ilmu di antar ilmu-ilmu keislaman yang lainnya di nilai lebih belakangan. Dari berbagai sumber yang dijumpai, tampaknya memang perkembangan psikologi agama di dunia Islam baru tampak sekitar abad ke-20. Kajian-kajian secara khusus mengenai psikologi agama sebagai displin ilmu seakan mengadopsi langkah keilmuan Barat. Padahal landasan yang telah disediakan untuk pengembangan psikologi agama termuat dalam ajaran Islam. Semuanya itu telah dipraktikkan dalam kehidupan di masa Rasul Allah Saw. Dan para sahabat beliau. Selanjutnya, dikaji dan dibukukan oleh para ilmuwan Muslim di zaman klasik.  










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
            Psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan yang selalu berpatokan dengan teori-teori atau ilmu pengetahuan, sedangkan psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan yang selalu mengkaitkan nya dengan Ketuhanan.
            Intiya dari psikologi Umum dan psikologi Agama adalah sama – sama mempelajari ilmu tentang kejiwaan.

Saran:
            Bacalah makalah ini supaya Anda dapat mengetahui dimana letak perbedaan nya antara psikologi umum dan psikologi Agama dalam segi sejarah dan metode- metodenya  dan Anda akan mendapatkan banyak informasi.



















DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Nurussakinah. 2012. Psikologi Umum. Medan.
Jalaluddin.2010. Psikologi Agama. Jakarta: PT.Sinar Raja Grafindo Persada.
Sit, Masganti.2011. Psikologi Agama. Medan : Perdana Publishing
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Sobur, Alex .2011. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia
Ramayulis.2002. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta :Kalam Mulia



[1] Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan.( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hal.7
[2] Nurussakinah Daulay, Psikologi Umum ( Medan,2012) hal. 3
[3] Alex Sobur. Psikologi umum ( Bandung : PT.Pustaka Setia,2003) hal. 32
[4] Masganti sit.  Psikologi Agama ( Medan : PT. Perdana Publishing, 2011) hal.1
[5][5] Ramayulis. Pengantar Psikologi Agama (Jakarta : Kalam Mulia, 2002) hal. 1
[6] Jalaluddin. Psikologi Agama ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2010) hal. 15
[7] Nurussakinah, op.cit hal. 5
[8] Ibid hal. 6
[9] Ibid hal. 8
[10] Ibid hal.14
[11] Masganti sit, op. Cit hal.15
[12] Jalaluddin, op.cit hal. 27-28
[13] Masganti Sit, op cit hal.18
[14] Ibid hal. 11
[15] Ibid hal.12
[16] Ibid hal.13
[17] Nurussakinah Daulay, op. cit hal. 16
[18] Ibid hal.17
[19] Jalaluddin, op.cit hal.45
[20] Ibid hal. 46
[21] Ibid hal.48
 




Komentar

Postingan Populer