Kepemimpinan Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyrakat
semakin berkembang , dan masalah-masalah hidup makin banyak. Kebutuhan
masyarakat akan pendidikan makin meningkat. Para orang tua murid menuntut, agar
prestasi anak ditingkatkan. Dalam menghadapi tantangan diatas, pemimpin
pendidikan sering menggunakan prosedur otoriter. Reaksi semacam ini bahkan
menimbulkan masalah dan ketegangan pada kalangan masyarakat. Keberhasilan
kepemimpinan seseorang berhubungan dengan konsep seseorang itu tentang
kepemimpinan, disebabkan karena perkembangan peradaban tiap-tiap orang dalam
mengumuli masalah-masalah tertentu belum tentu sama.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari kepemimpinan
pendidikan?
2.
Apa fungsi pemimpin pendidikan ?
3.
Apa tipe-tipe dari kepemimpinan
pendidikan ?
4.
Apa saja yang menjadi syarat-syarat
pemimpin pendidikan ?
5.
Apa keterampilan yang harus di miliki
seorang pemimpin ?
6.
Siapakah yang di sebut pemimpin
pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan tentang
arti dari seorang pemimpin dan apa saja fungsi, tipe-tipe serta syarat-syarat
menjadi seorang pemimpin. Tujuan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para
pembaca mengenai kepemimpinan pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepemimpinan Pendidikan
Istilah
“kepemimpinan pendidikan” mengandung dua pengertian, dimana kata “pendidikan”
menerangkan dalam lapangan apa dan di mana kepemimpinan itu berlangsung, dan
sekaligus menjelaskan pula sifat atau cirri-ciri bagaimana yang harus terdapat
atau dimiliki oleh kepemimpinan itu. Pengertian kepemipinan itu bersifat
universal, berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kegiatan hidup manusia.
Oleh karena itu maka sebelum dibahas pengertian kepemimpinan yang khusus
menjurus kepada bidang pendidikan, maka pengertian kepemimpinan yang bersifat
universal itulah yang perlu dipahami lebih dulu.[1]
Secara
umum definisi kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat mempengaruhi mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan
dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau
tujuan-tujuan tertentu. Dalam satu situasi kepeminpinan terlihat adanya unsur :[2]
1.
Orang-orang yang dapat mempengaruhi
orang lain di satu pihak.
2.
Orang-orang yang mendapat pengaruh di
lain pihak di lain pihak.
3.
Adanya maksud-maksud atau
tujuan-tujuan tertentu yang hendak di capai.
4.
Adanya serangkaian tindakan tertentu
untuk mempengaruhi dan untuk mencapai maksud atau tujuan-tujuan tersebut.
Kepemimpinan
diterjemaahkan dari bahasa inggris
Leadership. Dalam Ensiklopedi Umum (1993) diartikan sebagai Hubungan yang
erat antara seseorang dengan sekelompok manusia, karena ada kepentingan yang
sama. Hubungan tersebut ditandai tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari
pemimpin yang di pimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan pendidikan adalah suatu
proses mempengaruhi, mengkoordinasi dan menggerakan prilaku orang lain serta
melakukan suatu perubahan kearah yang lebih positif dalam mengupayakan
keberhasilan pendidikan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa akan terjadi
kepemimpinan apabila dalam situasi tertentu seseorang lebih menonjol dan dapat
mempengaruhi prilaku orang lain baik secara perorangan atau kelompok sehingga
dengan penuh kesadaran orang-orang dapat mengikuti apa yang diinginkan
kepemimpinan dalam mencapai tujuan.[3]
B. Fungsi Pemimpin Pendidikan
Dalam
kehidupan berorganisasi , fungsi kepemimpinan adalah bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ahmad Rohani
H.M. dalam bukunya pengantar kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut: Kepemimpinan pendidikan adalah
segenap proses kegiatan usaha mempengaruhi, menggerakkan dan mengkoordinasikan
personal dilingkungan pendidikan pada situasi tertentuagar mereka melalui
kerjasama mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya
demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.[4]
Adapun
fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan tujuan yang hendak
dicapai antara lain :
1.
Fungsi kepemimpinan pendidikan yang
berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai antara lain:
a.
Memikir, merumuskan dengan teliti
tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota-anggota selalu dapat menyadari
dalam bekerja sama mencapai tujuan itu.
b.
Memberi
dorongan kepada para anggota kelompok serta menjelaskan situasi dengan maksud
untuk dapat ditemukan rencana-rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi
harapan baik.
c.
Membantu
para anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan-keterangan yang perlu
supaya dapat mengadakan pertimbangan-pertimbangan yang sehat.
d.
Menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan
minat khusus dari anggota kelompok.
e.
Memberi dorongan kepada setiap anggota
untuk melahirkan peranan, pikiran dan ,memilih buah pikiran yang baik dan
berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.
f.
Memberi kepercayaan
dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingabn bersama (Hendyat
Soetopo,1988:4-5).
2.
Fungsi kepemimpinan pendidikan yang
berhubungan dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat, antara lain :
a.
Memupuk dan memelihara kesediaan
kerjasama didalam kelompok demi tercapainya tujuan bersama.
b.
Menanamkan dan memupuk perasaan pada
anggota masing-masing melalui penghargaan terhadap usaha-usahanya.
c.
Mengusahakan suatu tempat pekerjaan
yang menyenangkan baik ruangan, baik fasilitas maupun situasi.
d.
Menggunakan kelebihan-kelebihan yang
terdapat pada pimpinan untuk memberi sumbangan dalam kelompok menuju pencapaian
tujuan bersama.
Sebagaimana yang
dikemukakan oleh bapak pendidik kita, Ki Hajar Dewantara bahwa pemimpin yang
baik haruslah menjalankan peranan sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodho
Ing madyo mangun karso
Tutwuri handayani ( NgalimPurwanto,
1995:66).
Seorang pemimpin
harus menyadari adanya peranan-peranan yang disebut diatas, guna menjalankan
tugasnya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
C. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Berdasarkan
konsep,sifat dan cara-cara pemimpin itu melaksanakan dan mengembangkan kegiatan
pimpinan dalam lingkungan kerja yang di pimpinnnya, maka dapatlah di
klasifikasikan kepemimpinan pendidikan ada 6 pokok yakni :[5]
1)
Tipe Otoriter
Seorang
pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang
biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negative. Dengan istilah lain
pemimpin tipe otokratik adalah seorang yang egois. Dengan egoismenya pemimpin
otokratik melihat perananya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan
organisasional. Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorng pemimpin yang :
(a).
menganggap organisasi sebagai milik peribadi.
(b).
mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
(c).
menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
(d).
tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
(e).
tergantung pada kekuasaan formilnya.
(f).
dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan approach mengandung
unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2)
Pemimpin
bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak dan penguasa kelompok.
Kewajiban bawahan atau anggota - anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan,
tidak boleh membatah ataupun mengajukan saran.
3)
Kepemimpinan yang Laissez Faire (masa bodoh).
Laissez
faire (kendali bebas) merupakan kebalikan dari pemimpin otokrtatik. Jika
pemimpin otokkratik selalu mendominasi organisasi maka pemimpin laissez faire
ini memberi kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahan. Bawahan dapat
mengembangkan sarannya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri dan pengarahan
tidak ada atau hanya sedikit.
Adapun
sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini
seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam
melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa
dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bterhadap bawahan maka semua
usahanya akan cepat berhasil.
Pemimpin yang seperti ini menafsirkan
demokrasi dalam arti keliru, karena demokrasi seolah–olah diartikan sebagai
kebebasan bagi setiap anggota untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapat
dan kebijakannya masing-masing.
Tingkat
keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire
semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok
dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.
4)
Kepemimpinan
Demokratis
Tipe
demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa aktifitas dalam organisasi akan
dapat berjalan lancear dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila
berbagai masalah yang timbul diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin
maupun para pejabat yang dipimpin. Seorang pemimpin yang demokratis menyadari
bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga mengambarkan secara
jelas beragam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya
tujuan organisasi.
Kepemimpinan demokrasi selalu menyadari bahwa
dirinya merupakan bagian dari kelompoknya. Berhasil tidaknya suatu pekerjaan
bersama terletak pada kelompok dan pimpinan.
5)
Kepemimpinan
tipe karismatik
Seorang
pemimpin yang karismatik memiliki krakteristik khususnya yaitu daya tariknya
yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan
para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara kongkrit mengapa orang
tertentu itu dikagumi. Hingga sekarang para sarjana belum berhasil menemukan
sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Karna kurangnya
pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik
maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan
kekuatan gaib.
6)
kepemimpinan
tipe militeristik
Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang
lazim digunakan dalam kemiliteran. Pemimpin yang bertipe militeristis ialah
seoarng pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a.
Dalam
mengerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah.
b.
Dalam
mengerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya.
c.
Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan
d.
Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; e. sukar menerima kritikan dari
bawahannya.
e.
Menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
D. Syarat –syarat Pemimpin
Pendidikan
Ada
beberapa syarat-syarat kepemimpinan yang harus ada dalam seorang pemimpin.
Syarat-syarat tersebut merupakan hal yang pokok yang harus dimiliki seorang
pemimpin agar dalam memimpin ia mempunyai kekuasaan dan wibawa sebagai seorang
pemimpin. Menurut Stogdill dalam bukunya Personal Factor Associated with
Leadership yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan
Kepemimpinan mengatakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai kelebihan, yaitu:
- Kapasitas meliputi: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara dan kemampuan menilai.
- Ilmu pengetahuan yang luas
- Tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
- Partisipasif aktif, memiliki sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif, atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
- Status meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar (Kartono, 1994).
Dari uraian di atas bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin harus mempunyai kecerdasan, tanggungjawab, serta mempunyai kedudukan
sosial yang tinggi di dalam suatu masyarakat. Lebih rinci lagi Ordway Tead yang
dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan
mengemukakan bahwa syarat seorang pemimpin harus mempunyai 10 (sepuluh) sifat,
yaitu:
- Energi jasmani dan mental dalam artian pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa: yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya tidak pernah akan habis.
- Kesadaran akan tujuan dan arah yaitu ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan; dia tahu kemana arah yang akan ditujunya, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun kelompok yang dipimpinnya.
- Antusiasme dalam melakukan pekerjaan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta spirit de corps.
- Keramahan dan kecintaan ialah pemimpin harus mempunyai rasa kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi.
- Integritas ialah pemimpin harus mempunyai sifat terbuka, kejujuran, ketulusan hati serta sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya.
- Penguasaan teknis, pemimpin harus mempunyai kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.
- Ketegasan dalam pengambilan keputusan, adalah pemimpin harus harus dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan tepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya
- Kecerdasan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat dan memahami dengan, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Kecerdasan dan originalitas yang disertai dengan imajinasi tinggi dan rasa humor, dapat dengan cepat mengurangi ketegangan dan kepedihan-kepedihan tertentu yang disebabkan oleh masalah-masalah sosial yanmg gawat dan konflik-konflik ditengah masyarakat.
- Keterampilan mengajar ialah pemimpin harus mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan menggerakan anak buahnya untuk berbuat sesuatu yang baik.
- Kepercayaan (faith) adalah pemimpin harus memiliki keprcayaan terhadap anak buahnya (Kartono, 1994).
Kesimpulan
dari pendapat di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan
sifat-sifat kepemimpinan di mana seorang pemimpin harus mempunyai energi dan
jasmani yang sehat serta mampu melihat organisasi secara keseluruhan sehingga
apa yang dibutuhkan oleh organisasi dapat terlihat oleh pemimpin dengan
demikian tujuan organisasi dapat tercapai. Berdasarkan
uraian beberapa syarat kepemimpinan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor
keberhasilan sorang pemimpin dalam memimpin organisasinya tidak hanya dia mampu
mengerahkan bawahannya tetapi pemimpin tersebut harus lebih mempunyai sikap
bijaksana, mahir dalam manajemen, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta
mempunyai kecakapan, dengan demikian pemimpin akan berhasil membawa kemajuan
untuk organisasinya. Tanpa itu semua pemimpin tidak akan dapat membuat kemajuan
untuk organisasinya.
E. Keterampilan Yang Harus di Miliki
Pemimpin
Tiga
ketrampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah Technical skill, Conseptual skill dan soft
skill. Ketiganya harus saling melengkapi dan dijadikan sebagai
salah satu faktor utama keberhasilan kepemimpinan dari seseorang di suatu
organisasi.
·
Ketrampilan
utama yang pertama adalah
Technical skill, merupakan ketrampilan teknis yang dimiliki oleh
seseorang, biasanya merupakan ketrampilan yang didapatkan dari jalur pendidikan
resmi. Berupa kemampuan/keahlian di bidang spesialisasi tertentu. Keahlian
menggambar seorang Arsitek, keahlian mengoperasi pasien seorang dokter adalah
contoh technical skills. Lebih banyak ke keahlian dalam bentuk fisik. Bisa
dirasakan dan dilihat langsung oleh orang lain.
·
Ketrampilan
utama yang kedua adalah
Conceptual skill, didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami
persoalan secara lebih menyeluruh .Fungsi dalam conceptual skill lebih banyak
bagaimana mempengaruhi orang lain supaya mengikuti apa yang diinginkan oleh
sang pemimpin. Termasuk ke dalamnya adalah kemampuan perencanaan,
pengorganisasian dan pengontrolan terhadap item pekerjaan yang dilakukan. Conceptual skills
bisa dipelajari di jalur pendidikan normal, atau bisa juga dipelajari dari
jalur pendidikan non formal [pengalaman]. Keduanya juga bisa saling melengkapi
supaya didapatkan kemampuan yang lebih alami.
·
Ketrampilan
utama ketiga yang harus dimiliki adalah Soft
skill. Ini mungkin satu-satunya kemampuan yang tidak bisa
dipelajari di jalur pendidikan formal. Walaupun banyak pelatihan-pelatihan
dewasa ini yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan soft skill dari
seseorang, tetapi akan lebih efektif jika didapatkan dari jalur pengalaman (non
formal). Yang termasuk soft
skill diantaranya, kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri,
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain termasuk kemampuan untuk mengelola
konflik dalam suatu organisasi dan masih banyak yang lainnya
Ketiga kemampuan tersebut
selayaknya dimiliki oleh para pemimpin di suatu organisasi. Kemampuan tersebut
akan saling melengkapi dan harus digunakan untuk kepentingan organisasi secara
positif, bukan untuk kepentingan pribadi maupun golongan. Beruntunglah jika
suatu organisasi memiliki sosok pemimpin dengan kemampuan tersebut diatas. Roda
organisasi akan berjalan dengan lancar, dan semua tujuan dari organisasi akan
bisa tercapai dengan baik.
F. Pendekatan Tentang Teori
Munculnya Pemimpin
Pendekatan sifat pada kepemimpinan artinya rupa dari keadaan pada suatu
benda, tanda lahiriah, ciri khas yang ada pada sesuatu untuk membedakan dari
yang lain. Suatu pertanyaan penting yang dapat diajukan adalah apakah
sifat-sifat yang membuat seseorang itu sehingga menjadi pemimpin. teori awal
tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali mulai dari zaman Yunani Kuno dan
zaman Roma. Ketika itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya
dibuat. Teori The Great Man mengatakan bahwa seseorang yang dilahirkan
sebagai pemimpin, ia akan menjadi pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau
tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin.
Setelah mendapat pengaruh pendidikan dan pengalaman , oleh karena itu
sejumlah sifats-sifat seperti fisik, mental dan kepribadian menjadi pusat
perhatian untuk diteliti di sekitar tahun 1930 sampai 1950-an. Hasil penelitian
diperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan selalu muncul dengan presentase yang
tinggi, kemudian inisiatif, keterbukaan, rasa humor, antusiasme, kejujuran,
simpati dan percaya pada diri sendiri. Dalam menentukan pendekatan sifat ini
ada dua jenis pendekatan, yaitu :
a.
Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang
tidak menjadi pemimpin. Pemimpin lebih terbuka dan lebih percaya diri. Tetapi
ada juga orang yang punya sifat seperti itu namun, tidak jadi pemimpin, dan
sebaliknya ada juga orang yang tidak memiliki sifat tersebut, tetapi ia jadi
pemimpin. Misalnya Abraham Lincoln bersifat pemurung dan tertutup, Napoleon
badannya agak pendek .
b.
Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang
tidak efektif. Intelegensi, inisiatif, dan kepercayaan diri berkaitan dengan
tingkat manajerial dan prestasi kerja yang tinggi. Kepemimpinan efektif tidak
bergantung pada sifat-sifat tertentu, melainkan lebih pada beberapa corak
sifat-sifat pemimpin itu dengan kebutuhan dan situasinya.
G. Pendekatan dalam Mempelajari
Kepemimpinan Pendidikan
Pendekatan
kontingensi yaitu studi kepeminpinan yang di sebut pendekatan konngensi, yaitu
suatu studi kepemimpinan yang hakikatnya berusaha untuk memenuhi jawaban atas
pertanyaan what makes the leader effective. Bahwa yang membuat kepemimpinan itu
efektif bukan hanya karena keberadaan peminpinnya itu sendiri tetapi ada
pariable lain yg turut menentukan. Menurut Blanchard (1995) terdafat
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kepeminpinan yaitu: (1)
kepribadian, pengalaman masa lampau dan harapan pemimpin, (2) harapan dan
perilaku atasan, (3) tuntutan tugas yg di berikan, (4) harapan dan perilaku
rekan, (5) karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan, (6) kultur dan
kebijakan organisasi.[6]
H .Siapakah yang di
sebut pemimpin pendidikan
Seseorang yang mempunyai
seni dan keterampilan dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang
lain agar melaksanakan aktifitas tertentu yang di arahkan pada tujuan yang
telah di tetapkan. Meminpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu,
tetapi yang di laksanakan oleh orang lain. Orang yang di pimpin adalah yang di
perintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal
atau nonformal. Kepeminpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya serta tanggung jawabnya secara moral dan legal formal
atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah di delegasikan kepada
orang-orang yang di pimpinnya. Jadi, kepeminpinan lebih bersifat fungsional
yang akan di bedakan dengan tipe-tipe tertentu. Oleh karena itu memperoleh
pengikut saja dengan cara memenuhi kebutuhan anggota kelompok,
belumlahmenerangkan seluruh ceritera tentang kepemimpinan yang efektif. Sisi
lain dari mata uwang yang belun di lihat adalah bahwa peminpin juga harus sukses
dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
BAB
III
PENUTUP
a)
Kesimpulan
Beberapa
definisi kepemimpinan menggambarkan “asumsi” bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang, baik individu maupun kelompok. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan
percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Teori
kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seni perilaku pemimpin di konsep
kepemimpinannya dengan menonjolkan latar belakang sejarah kepemimpinan, sebab
musabab munculnya pemimpin, tipe dan gaya kepemimpinan serta syarat-syarat
kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip
belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi positif.
Tujuan manajemen dapat tercapai bila organisasi memiliki memiliki pemimpin yang
handal. Dan bagaimana kita menggunakan Teori dan Konsep Kepemimpinan di
Indonesia, sehingga pembangunan efektif dan Good Governance terwujud.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Boedi. 2014. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung :
CV Pustaka Setia.
Engkoswara.
2012. Administrasi Pendidikan. Bandung
: Alfabeta.
Lamberti,
Busro. 1983. Pengantar Kepemimpinan
Pendidikan . Surabaya : Usaha Nasional.
Mudjito.
2012. Kepemimpinan Yang Efektif. Jakarta
: CV. Rajawali.
Soemanto,
Wasty.1982. Kepemimpinan Dalam Pendidikan
. Surabaya : Usaha Nasional.
Panglaykim.1960.
Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Wahjosumidjo.
2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[1]
Busro Lamberi,Pengantar kepemimpinan
Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1981 )Hal 23
[2] Ibid.,Hal 24
[3]
Engkoswara, Administrasi Pendidikan (
Bandung : Alfabeta, 2010), Hal 177-178
[4]
Wahjosumidjo,Kepimpinan Kepala Sekolah
(Jakarta : PT. Raja grafindo persada,1999),Hal : 15
[5]
Busro Lamberi,Pengantar kepemimpinan
Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1981 )Hal 49-62
[6]
Engkoswara, Administrasi Pendidikan (
Bandung : Alfabeta, 2010), Hal 148
Komentar
Posting Komentar