Makalah Kesehatan Mental bertema kesehatan jiwa dalam Islam
MAKALAH
KESEHATAN MENTAL
KESEHATAN JIWA DALAM ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nadya
Afrina
NIM
: 33.14.3.025
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA
UTARA
MEDAN
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur yang sedalam-dalamnya
kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah Kesehatan Mental yang
berjudul “ KESEHATAN JIWA DALAM ISLAM“ ini
dapat di selesaikan.
Makalah
ini merupakan wujud dari gagasan perlunya referensi untuk mata kuliah Kesehatan
Mental. Kemudian makalah ini diintergrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari
ahli lain dan konsep-konsep yang baru berkembang. Makalah ini mendapat banyak
tambahan materi yang disesuaikan dengan sistematiika pemikiran dari sisi
prosedur.
Akhirnya,
Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan para
pembaca, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan sehingga terdapat
kesempurnaan pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan arti dalam
pengembangan pendidikan yang akan datang. Amien.
Medan,7
Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………..……………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….....ii
PENDAHULUAN
BAB I
Latar Belakang………………………………………………...……………1
b. Rumusan
Masalah…………………………………………………………..2
c. Tujuan
Penulisan……………………………………………………………2
PEMBAHASAN
BAB II
a. Devinisi
Kesehatan Mental…………………………...................................3
b. Ciri-
ciri Mental yang Sehat Menurut Psikologi……………………….…..5
c. Ciri-
ciri Mental yang Sehat Menurut Islam……………………..…….......6
d. Kesehatan
Jiwa dalam Islam ………………………………………………7
PENUTUP
BAB III
a. Kesimpulan………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
BAB
I
A.
Latar
Belakang
Pada
masa lampau penyakit selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat mistis dan
magis. Penyakit selalu dikaitkan dengan kemarahan makhluk halus baik dalam
bentuk gangguan maupun balasan dan kesalahan yang dilakukan manusia. Penyakit
juga selalu dikaitkan dengan penyakit fisik dari pada penyakit psikhis.
Penyakit-penyakit
yang menyebabkan gangguan kesehatan mental semakin banyak dan bertambahnya
kegelisahan hidup manusia dalam kehidupan yang semakin global. Persaingan hidup
yang semakin ketat, ukuran hidup yang selalu di ukur dengan materu menyebabkan
manusia selalu mengalami tekanan jiwa sehingga menyebabkan munculnya penyakit
jiwa dalam diri manusia.
Kesehatan
mental (mentak hygiene) merupakan
salah satu cabang termuda dari ilmu jiwa yang tumbuh pada akhir abad ke -19,
tetapi sudah ada di Jerman sejak tahun 1875 M. Dalam ajaran Islam perbincangan
terntang kesehatan mental telah ada sejak jaman Nabi Adam as, sampai Nabi
Muhammad SAW yang terdapat dalam ajaran agama yang diwahyukan Allah SWT.
Kesehatan mental di pandang sebagai Ilmu yang praktis banyak dipraktekan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan yang
dilakasanakan dirumah tangga, sekolah, kantor dan lembaga-lembaga maupun dalam
kehidupan masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Kesehatan Mental ?
2. Apa
sajakah ciri-ciri mental yang sehat menurut psikologi ?
3. Apa
sajakah ciri-ciri mental yang sehat menurut Al- Qur’an ?
4. Seperti
apakah kesehatan jiwa dalam Islam ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Agar
para pembaca mendapat informasi mengenai defenisi kesehatan mental.
2. Agar
para pembaca mengetahui tentang ciri mental menurut psikologi.
3. Agar
para pembaca mengetahui tentang ciri mental menurut Islam.
4. Agar
para pembaca mengetahui tentang kesehatan jiwa dalam islam.
PEMBAHASAN
BAB II
A.
Deinisi Kesehatan Mental
Kesehatan
mental ( Mental Hygene) adalah ilmu
yang meliputi system tentang prinsip-prinsip, peraturan,peraturan serta
prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan Rohani (M. Buchori,1982 : 13).
Orang –orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam rohani atau dalam
hatinya selalu merasa tenang , tentram dan aman.[1]
Dalam
ilmu kedokteran dikenal istilah Psikosmatik
( Kejiwa badanan). Dimaksud dengan istilah tersebut adalah untuk
menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. Jika jiwa
berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas, gelisah dan
sebagiannya, maka badan turut menderita.
Istilah
kesehatan mental diambil dari konsep mental
hygene. Kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kejiwaan.
Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata psyche yang berasal dari bahasa Latin yang berarti Psikis atau
jiwa. Hygene berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti
kesehatan. Mental Hygene berarti kesehatan mental. Dilakalangan ahli
kesehatan mental , istilah yang digunakan untuk menyebut kesehatan mental
berbeda-beda dengan criteria berbeda pula. Maslow menyebut kesehatan mentak
dengan istilah self-actualication, Roger
menyebutnya dengan Fully functioning , Alport menyebutnya
dengan materu personality , dan
mayoritas psikolog menyebutnya dengan mental health.[2]
Zakiah
Drajat dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar untuk Kesehatan Jiwa pada
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1964) mengemukakan lima rumusan kesehatan
jiwa yang lazim di anut para ahli. Lima rumusan itu di susun mulai dari
rumusan-rumusan yang khusus sampai yang lebih umum, sehingga dari urusan
tersebut tergambar bahwa rumusan yang terakhir seakan-akan menangkup
rumusan-rumusan sebelumnya yaitu :[3]
1. Kesehatan
mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa dan dari
gejala-gejala penyakit jiwa. Definisi ini banyak dianut dikalangan psiakitri (
kedokteran jiwa) yang memandang manusia dari sudut sehat atau sakitnya.
2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dari masyarakat
serta lingkungan hidup. Definisi ini tampaknya lebih luas dan lebih umum dari
definisi yang pertama, karena di hubungkan dengan kehidupan social secara
menyeluruh. Kemampuan menyesuaikan diri diharakan akan menimbulkan ketentraman
dan kebahagian hidup.
3. Kesehatan
mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi jiwa,serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problema-problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan
pertentangan batin (konflik ). Definisi ini menunjukan bahwa fungsi-fungsi jiwa
seperti fikiran, perasaan, sikap, pandangan,dan keyakinan yang saling menunjang
dan bekerja sama sehingga menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang
dari sifat ragu-ragu dan bimbang serta terhindar dari gelisah dan konflik
batin.
4. Kesehatan
mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga
membawa kepada kebahagian diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan
dan penyakit jiwa.
5. Kesehatan
mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan diri dan
lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dunia dan akhirat ( Zakiah Darajat : 1983 :
11-13).
B.
Ciri-
ciri Mental Menurut Psikologi
Mental
yang sehat memiliki ciri-ciri tertentu secara psikologis. Jaelani dengan
mengutip beberapa pendapat para ahlu menyatakan ciri-ciri mental yang sehat
antara lain :[4]
1. Sikap
kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat mengenal diri
secara baik.
2. Pertumbuhan,
perkembangan dan perwujudan diri yang baik.
3. Integerasi
diri yang meliputi keseimbangan mental , kesatuan pandangan dan tahan terhadap
tekanan-tekanan yang terjadi.
4. Otonomi
diri yang mencangkup unsure-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau
kelakuan-kelakuan bebas.
5. Presepsi
mengenai realitas , bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta memiliki empati ,
dan kepekaan social.
6. Kemampuan
untuk menguasai lingkungan dan berintegerasu dengannya secara baik.
Marie
Johada berpandapat cirri-ciri kesehatan mental yang sehat dikelompokan dalam
enam kategori yakni :
1. Memiliki
sikap batin yang positif terhadap dirinya sendiri.
2. Aktualisasi
diri.
3. Mampu
mengadakan integerasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada.
4. Mandiri
5. Memiliki
presepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
6. Mampu
menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. ( Jahoda,1980).
C.
Ciri-
ciri Mental Yang Sehat Menurut Islam
Beberapa
ahli pendidikan dan psikologi Islam telah mengemukakan beberapa ciri-ciri
mental yangs sehat menurut ajaran Islam. Al-Ghazali menyatakan seseorang yang
sehat jiwanya digambarkan dalam konsep insane kamil ( manusia sempurna ).
Insane kamil dalam psikologi modern yaitu bias berlaku diduniaini artinya untuk
sampai pada kedudukan Insan kamil manusia melalui perubahan kualitatif sehingga
ia mendekati Allah SWT dan menyerupai malaikat. Insan kamil mempunyai ciri-
cirri sebagai berikut :
a. Motif
utama tindakannya adalah beribadah kepada Allah.
b. Senantiasa
berdzikir ( mengingat Allah) dalam menghadapi segala permasalahan.
c. Beramal
dengan Ilmu.
Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakir menyatakan
tanda-tanda kesehatan mental adalah adanya perasaan cinta. Cinta dianggap
sebagai tanda kesehatan mental, sebab cinta menunjukan diri positif. Cinta
mendorong individu untuk hidup saling kasih- mengasihi dan menjauhkan dari
kebencian, dendam permusuhan dan pertikaian.[5]
Menurut
Usman Najati ( dalam Masganti , 2011 : 165) menyatakan kesehatan mental
ditandai dengan ketenangan jiwa, akhlak mulia, kesehatan, dan kekuatan badan,
memenuhi kebutuuhan dasar dengan cara yang halal, memenuhi kebutuhan spiritual
dengan berpegangan teguh pada akidah, mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
menjalankan ibadah dan melakukan amal shaleh, dan menjauhkan diri dari
keburukan yang dapat menyebabkan Allah SWT murka.[6]
Pribadi
yang sehat selalu memberdayakan akal fikirannya untuk memperhatikan mengamati,
memikirkan dan menganalisa berbagai jejak keagungan Allah dan jejak ke Maha
Esaan Allah. Cirri keempat mental yang dalam islam adalah tabligh yaitu
menyampaikan dan mengajak kejalan Tuhan ( nilai-nilai keutamaan, etika
kehalusan dan kebenaran pada umumnya. Allah berfirman tentang tabliqh dalam
Q.S. Ali Imran ayat 110 yang berbunyi :
“Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Qs.3:110 “
D. Kesehatan Jiwa Dalam Islam
Terdapat tiga
pola yang mengungkapkan metode pemerolehan dan pemeliharaan kesehatan mental dalam
perspektif Islam: Pertama, metode tahali, takhalli, dan tajalli; Kedua, metode
syariah, thariqah, haqiqah dan ma’rifat; dan ketiga, metode iman, Islam dan
ihsan. Sebuah hadits menunjukkan tiga metode yang mengungkapkan metode
pemerolehan dan pemeliharaan kesehatan mental yaitu:
1. Metode iman yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan dan kepada hal-hal yang
gaib
2. Metode
Islam yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ibadah dan muamalah.
3. Metode
ihsan yang berkaitan dengan prinsp-prinsip moral atau etika.
a. Metode Imaniah
Iman secara harfiah diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan
kepercayaan (al-amanah). Orang yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan
sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi semua masalah hidup. Dalam mengatur
alam dan isinya, Allah SWT memberikan rambu-rambu petunjuk (hidayah)-Nya untuk
kelangsungan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Petunjuk yang dimaksud
diturunkan melalui dua jalur: Pertama, jalur tertulis yang termaktub dalam
kitab suci Al-Quran dengan pemberian petunjuk inu dengan mengutus Rasul dan
Malaikat-Nya. Jalur ini lazim disebut jalur Quraniyah; Kedua, jalur tidak
tertulis yang berkaitan dengan alam dan isinya yang disebut dengan jalur
kauniyah atau sunnatulah.
b. Metode
Islamiah
Islam secara etimologi memilik tiga makna yakni penyerahan
dan ketundukan (al-silm), perdamaian dan keamanan (al-salm), dan keselamatan
(al-salamah) . Realisasi metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim yang
mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan dengan
segala kondisi yang merupakan syarat terciptanya kesehatan mental. Kepribadian
muslim membentuk lima karakter ideal.
- Karakter syabadatain yaitu karakter yang mampu menghilangkan dan membebaskan diri dari segala belenggu atau dominasi tuhan-tuhan temporal dan relatif seperti materi dan hawa nafsu (QS. Al-Furqon: 43). Lalu mengisi diri sepenuh hati hanya kepada Allah SWT.
- Karakter mushailli yaitu karakter yang mampu berkomunikasi dengan Allah dan dengan sesama manusia. Komunikasi ilahiah ditandai dengan takbir,sedangkan kominukasi ihsaniah ditandai dengan salam. Karakter mushailli juga menghendaki adanya kebersihan dan kesucian lahir dan batin dengan berwudhu (kesucian lahir) dan dalam kesucian batin diwujudkan dalam bentuk keikhlasan dan kekhusyu’an.
- Karakter muzakki, yaitu karakter yang berani mengorbankan hartanya untuk kebersihan dan kesucian jiwanya (QS. al-Taubah: 103), serta pemerataan kesejahteraan ummat pada umumnya.
- Karakter sha’im yaitu karakter yang mampu mengendalikan dan menahan diri dari nafsu-nafsu rendah. Dan apabila dirinya terbebas dari nafsu-nafsu rendah maka ia berusaha mengisi diri dengan tingkah laku yang baik.
- Karakter hajji yaitu karakter yang mampu mengorbankan harta, waktu, bahkan nyawa demi memenuhi panggilan Allah SWT.
c. Metode
Ihsaniah
Ihsan secara bahasa berarti baik. Orang yang baik (Muhsin)
adalah orang yang mengetahui hal-hal yang baik, mengaplikasikan dengan prosedur
yang baik dan dlakukan dengan niatan yang baik. Metode ini bila dilakukan
dengan benar maka memberikan kepribadian muhsin yang ditempuh dalam beberapa
tahapan , yaitu
a. Tahapan permulaan (al-bidayah)
b.
Tahapan
kesungguhan dalam menempuh kebaikan (al-mujabadat)
c. Tahapan merasakan (al-Muziqat)
PENUTUP
BAB
III
a.
Kesimpulan
Istilah
kesehatan mental diambil dari konsep mental
hygene. Kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kejiwaan.
Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata psyche yang berasal dari bahasa Latin yang berarti Psikis atau
jiwa. Hygene berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti
kesehatan. Kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa,serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi, serta
terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik ). Definisi ini
menunjukan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap,
pandangan,dan keyakinan yang saling menunjang dan bekerja sama sehingga
menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat ragu-ragu dan
bimbang serta terhindar dari gelisah dan konflik batin.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir.
2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam cetakan ke II. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Jalaludin, Psikologi
Agama. 2012. Edisi Revisi 2012 . Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Masganti, Psikologi Agama ,2011. Medan : Pedana Publishing.
http://www.davishare.com/2015/01/kesehatan-mental-dan-kepribadian-dalam.html
[1]
Jalaludin, Psikologi Agama Edisi Revisi 2012 ( Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2012),.hlm.166.
[2]Masganti, Psikologi Agama,( Medan : Pedana
Publishing, 2011),.hlm. 155.
[3] Ibid,.hlm 156-157.
[4] Ibid,.hlm 158-159.
[5]Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa
Psikologi Islam cetakan ke II( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002)
[6]
Masganti, Psikologi Agama,( Medan :
Pedana Publishing, 2011),.hlm. 165.
Komentar
Posting Komentar