SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU DALAM UPAYA MENJADI BAHASA NASIONAL INDONESIA



SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU DALAM UPAYA MENJADI BAHASA NASIONAL INDONESIA

KARYA TULIS ILMIAH



Oleh :
NADYA AFRINA
NIM : 33.14.3.025




 




FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2015



LEMBAR PENGESAHAN

1.      Judul                     : Sejarah Perkembangan Bahasa Melayu dalam upaya
menjadi Bahasa Nasional Indonesia.  
2.      Nama                     : Nadya Afrina           
3.      NIM                      : 33.14.3.025
4.      Fak/Jur                  : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ Jurusan BKI


                                                                            
Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan untuk memenuhi syarat sebagai salah satu tugas akhir Bahasa Indonesia semester II (dua).



Dosen Pembimbing


Khairina, S.S., M.Hum.

Penulis


NADYA AFRINA
    NIM : 33.14.3.025 9951042729







ABSTRAKSI

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sejak saat itu, bahasa melayu yang digunakan di wilayah Indonesia sekarang mulai dinamai Bahasa Indonesia. Namun, secara resmi penyebutan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di Indonesia baru muncul pada 18 Agustus 1945 ketika konstitusi Indonesia diresmikan. Dari jumlah pemakainya di Indonesia, bahasa melayu bukan bahasa terbesar. Bahasa Jawalah yang merupakan bahasa terbesar dari segi pemakainya pada saat itu. Namun, bahasa melayu dipilih sebagai bahasa Indonesia karena bahasa ini sudah menjadi lingua franca atau bahasa pengantar di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara sejak ribuan tahun lalu.
Salah satu buktinya adalah catatan inskripsi di Sojomerto, Jawa Tengah yang menggunakan bahasa Melayu kuno. Inskripsi ini tidak bertahun, tetapi menurut estimasi ahli dibuat pada pertengahan abad 7. Ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu pun sudah dikenal di Pulau Jawa sejak ribuan tahun lalu. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa itu, karena dalam percakapan sehari-hari masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa tidak resmi. Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno.





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kemudahan, kelancaran dan kekuatan serta petunjuk dan bimbingan kepada penulis, karena atas petunjuk-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan baik yang berjudul SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU DALAM UPAYA MENJADI BAHASA NASIONAL INDONESIA”. Banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian Karya Ilmiah ini ini maka dari itu menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Ibu Khairina, S.S., M.Hum. selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
2.      Teman-teman semua yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini.
 Akhirnya, Semoga penyusunan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan para pembaca, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan sehingga terdapat kesempurnaan pada Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan arti dalam pengembangan pendidikan yang akan datang. Amien.


Medan ,25 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN                                                                         i
ABSTRAKSI                                                                                                            ii
KATA PENGANTAR                                                                                 iii
DAFTAR ISI                                                                                                 iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah                                                                        1
1.2. Rumusan Masalah                                                                                  2
1.3. Tujuan Penelitian                                                                                   2
1.4. Manfaat Penelitian                                                                                 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Sejarah Bahasa Melayu                                                                            3
2.2. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia                                                6
            2.2.1. Masa Pra-1928                                                                           6
            2.2.2. Masa Pasca-1928                                                                      8
            2.2.3. Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Zaman
                        Kemerdekaan                                                                          8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat                                                                                   11
3.2. Metode dan Rencana Penelitian                                                              11


BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Pembahasan                                                                                             12
            4.1.1. Faktor-faktor Bahasa Melayu di angkat
                        menjadi Bahasa Indonesia                                                      12
            4.1.2. Organisasi yang mempengaruhi Perkembangan
                        Bahasa Indonesia                                                                    14
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian                                                                        16
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan                                                                                              18
5.2. Saran                                                                                                        18

DAFTAR PUSTAKA                                                                                  19











BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah salah satu bagian terpenting dari kehidupan manusia. Bahasa dan manusia ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan. Dengan bahasa, manusia dapat menciptakan pesan,tanda,makna,arti,maksud dan pengertian. Dengan bahasa juga, manusia dapat berkomunikasi, berinteraksi dengan masyarakat. Bahasa yang menjadi media untuk menciptakan sebuah pengertian dan terbangunnya saling memahami.
Di dalam disiplin ilmu komunikasi, bahasa menjadi instrument dalam penentuan kesamaan makna. Karena kesamaan bahasa belum tentu melahirkan kesamaan makna. Dengan bahasa yang lebih sederhana,mengerti bahasanya saja belum tentu memberikan makna yang di bawakan oleh bahasa tersebut. Percakapan yang terjadi akan menjadi komunikatif, jika mengerti bahasa yang digunakan dan di pahami akan maknanya.
Saat ini bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa Negara di Indonesia. Di samping bahasa Indonesia, di Indonesia juga terdapat banyak bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, yang digunakan sebagai alat komunikasi . Salah satu diantara bahasa daerah yang tidak dapat dari sejarah bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Sebenarnya bahasa Melayu mempunyai penutur yang relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah penutur bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Walaupun demikian, ternyata bahasa Melayu terpilih sebagai dasar bahasa Indonesia. Hal itu berarti bahwa bahasa Indonesia yang dikenal saat ini sebenarnya berasal dari bahasa Melayu.




1.2. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia ?
2.      Bagaimana upaya bahasa Melayu agar dapat menjadi bahasa nasional Indonesia ?

1.3. Tujuan Masalah
Tujuan dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan tentang sejarah bahasa melayu, dan upaya bahasa Melayu agar dapat menjadi bahasa nasional Indonesia. Tujuan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai sejarah asal dari bahasa Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
1.      Dapat memberikan informasi mengenai sejarah dari bahasa Indonesia adalah dari bahasa Melayu.
2.      Dapat memberikan Informasi mengenai upaya tokoh Indonesia yang dapat menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa nasional Indonesia.











BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sejarah Bahasa Melayu
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Bahasa melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di Indonesia pada masa lalu. Bahasa ini tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi dibidang ekonomi (perdagangan), tetapi juga dibidang visual (alat komunikasi massa), Politik (perjanjian antar kerajaan). Sejak itulah penguasaan dan pemakaian bahasa melayu menyebar ke seluruh pelosok kepulauan Indonesia. Perkembangan bahasa melayu tersebut dinamakan perkembangan konseptual yang memiliki tiga bentuk.
a.       Pertama, perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh interaksi antar daerah,
b.       Kedua, perkembangan bahasa daerah yang lain.
c.       Ketiga, perkembangan bahasa yang di akibatkan oleh pertemuan bahasa melayu dalam konteks yang lebih luas.
Bahasa melayu berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan sosial yang bersinggungan antar ruang dan waktu, yang mana terjadi suatu hal yang sedang mempengaruhi penggunaan bahasa. Historis tersebut dapat dilihat dari asal usul bahasa yang merupakan awal komunikasi antar orang yang menggunakan bahasa isyarat ke kata-kata yang semakin komunikatif. Menurut ahli etnologi dan filologi, bahasa Melayu termasuk bahasa Austronesia, berasal dari Kepulauan Riau (Sumatera) telah mengalami proses perkembangan seperti itu. Mula-mula bahasa ini hanya dipercakapkan terbatas oleh penuturnya di Riau dan sekitarnya. Secara kebetulan, karena kepulauan ini terletak di jalur perdagangan yang sangat ramai di selat Malaka dan penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan atau pedagang antar pelabuhan serta bahasanya mudah dipahami atau komunikatif maka penutur bahasa Melayu sering berinteraksi dengan penutur bahasa yang lain (seperti bahasa Hindi, Malagasi, Tagalok, Jawa, dan lain-lainnya) sehingga menjadi dikenal dan berkembang di Malaka dan daerah-daerah sekitarnya.
Akhirnya bahasa ini tidak hanya digunakan oleh para pedagang di sekitar perairan Malaka, tetapi juga di seluruh Nusantara. Pada zaman kerajaan Majaphit atau diperkirakan sebelum abad XV, bahasa Melayu itu telah menjadi lingua franca ( bahasa dagang  bagi para saudagar di pelabuhan-pelabuhan di Asia ), misalnya Asia Tenggara, dan Asia Timur. Pada bulan Agustus 2002, bahasa Melayu  dianggap banyak penuturnya di dunia. Kemudian  pernah ditulis di dalam salah satu surat kabar di Malaysia bahwa bahasa Melayu menduduki posisi keempat dalam urutan bahasa utama dunia, setelah Bahasa Tionghoa, Inggris, dan Spanyol.
Menurut James T. Collins, hal itu tidak benar, Karena ia mengatakan bahwa jumlah penutur bahasa Melayu di seluruh dunia hanya 250 juta orang, sedang penutur bahasa Hindi yang menjadi bahasa ibu maupun bahas kedua atau ketiga di India dan di negara lain seperti di Mauritius, Afika selatan, Yaman, dan lain-lain pada tahun 1988  berjumlah 300-435 juta orang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di Indonesia pada masa lalu. Ini tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi di bidang ekonomi (perdagangan), tetapi juga di bidang sosial (alat komunikasi massa), politik (perjanjian antar kerajaan), dan sastra-budaya (penyebaran agama Islam dan Kristen).
Di Indonesia banyak karya sastra berbahasa Melayu, di antaranya seperti Hikayat Raja Pasai,Sejarah Melayu, Hikayat Hasanudin, dan lain-lain. Sejak itu penguasaan dan pemakaian bahasa Melayu menyebar ke seluruh pelosok kepulauan Indonesia,tidak hanya di daerah pantai atau pelabuhan tetapi juga di pedalaman dan memberikan wilayah yang heterogen itu suatu kesan kebersatuan kepada pihak luar. Tetapi ada juga kesatuan yang lebih mendalam yang mengikat bersama sebagian besar suku bangsa dan orang Indonesia. Kesatuan ini muncul dari unsur-unsur dasar yang umum dari peradaban mereka.
Selanjutnya, pada awal abad XX di Indonesia berkembang suatu situasi yang mendorong munculnya suatu pemikiran akan perbaikan nasib terhadap rakyat pribumi dari pemerintaah kolonial Belanda melalui kebijakan Politik Etis yang meliputi, program edukasi, transmigrasi, dan irigasi. Melalui program edukasi itulah, sekolah-sekolah bumi putra bermunculan dengan pengantar bahasa daerah, di mana sekolahan itu berada.
Pada perkembangan berikutnya, pemerintah menuntut agar setiap sekolah menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya.Tetapi sejak awal abad XX kepentingan daerah jajahan memerlukan tenaga-tenaga rendahan yang mengerti bahasa Belanda, kemudian muncul sekolah-sekolah dengan pengantar bahasa Belanda. Di kota-kota, sekolah lebih banyak mengajarkan bahasa Belanda.
Dengan sistem pendidikan itu, kemudian munculah kelompok elit baru yang amat peka terhadap perubahan zaman. Tanda-tanda kepekaan terhadap perubahan itu dapat dilihat dengan lahirnya organisasi yang bercorak politik yang mencita-citakan kemajuan dan kemerdekaan bangsa, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
Sangat menarik untuk dicatat ialah mengenai bahasa yang dipakai di dalam konggres-konggres oleh orgranisasi pergerakan Indonesia pada waktu itu adalah kebanyakan bahasa Melayu, Jawa, dan Belanda. Salah seorang pelajar yang tergabung dalam Indonesische Verbond van studeerenden di Wageningen, Belanda pada tahun 1918 telah mengusulkan agar bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah di Indonesia.
Melalui perkembangan pendidikan dan pengajaran yang semakin maju di Indonesia, bahasa Melayu menjadi semakin populer dan bersifat egaliter, sehingga sidang-sidang atau kongres-kongres dari organisasi pergerakan nasional Indonesia menggunakan Bahasa Melayu. Ini ternyata menjadikan bekal untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia dalam berjuang melawan pemerintah Kolonial Belanda. Oleh karena itu, para pemuda Indonesia dalam kongresnya yang ke 2 bersatu pada tanggal 28 Oktober 1928 bertekat bulat untuk menggalang persatuan dan kesatuan dengan Sumpah Pemuda Indonesia Raya. Konggres itu menghasilkan keputusan: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sejak itulah bahasa Melayu disepakati untuk diangkat sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia.

2.2. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, penerimaan itu tidak terjadi begitu saja , ada beberapa tahapan dan proses dalam penerimaan itu yang membutuhkan waktu lama. Tahapannya meliputi :

2.2.1        Masa Pra-1928
Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungab atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan,perdagangan,tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan (Budha) dengan menggunakan bahasa perhubungan yakni bahasa Melayu.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar,bahasa resmi,bahasa agama, dan bahasa dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu juga di gunakan sebagai bahasa penerjemaah buku-buku keagamaan misalnya buku keagamaan yang di terjemaahkan ke dalam bahasa Melayu oleh I Tsing.
Bukti lain adalah di temukannya berbagai prastasi yang menggunakan bahasa Melayu. Prastasi-prastasi tersebut antara lain :
a)      Prastasi Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
b)      Prastasi Talang Tuo di Palembang,tahun 684 M.
c)      Prastasi Kota Kapur di Bangka Barat,tahun 686 M.
d)     Prastasi Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
e)      Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa tengah, tahun 832 M.
f)       Prastasi Bogor,di Bogor, tahun 942 M.
Masuknya agama Islam ke kepulauan Nusantara membuat kedudukan bahasa Melayu semakin penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran Islam ikut memperkaya khazanah kosakata dalam bahasa Melayu.
Perkembangan bahasa Melayu berikutnya,tampak pada masa kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia yang di mulai sejak berdirinya Budi Utomo (1908) yang telah menggunakan bahasa Melayu sebagai alat bertukarnya informasi dan komunikasi antar penggerak. Hal ini di anggap penting dan perlu, karena dengan itu akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam rangka Nasional.
Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbitan buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie Voor de Volkslectuur ( Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Dalam Kongres II Jong Sumatera, di putuskan memakai bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan antar-Jong. Tindak lanjut atas keputusan tersebut adalah dengan menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglal dan Kaoem Moeda. Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang di uraikan diatas, maka pada tanggal 28 Oktober 1928 di selenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres Pemuda yaitu dengan dicetuskan ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu berisikan :
a)      Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
b)      Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertanah air satu tanah air Indonesia.
c)      Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

2.2.2        Masa Pasca-1928
Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukan bahwa bahasa Melayu sudah berubah menjadi bahasa Indonesia. Pada masa itu terjadinya krisis terhadapan keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah Belanda, berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga jumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1938.
Dari hasil Kongres tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh kaum cendikiwan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berate pula sebagai pencetus kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa Indonesia.

2.2.3        Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan sampai sebelum massa reformasi antara lain :
a)      Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober- 2 November 1954 salah satu perwujudan tekat bangsa Indonesia untuk terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahas kebangsaan dan di tetapkan sebgai bahasa Negara.
b)      Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia H.M. Soeharto, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ( EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan siding DPR yang dikuatkan pula dengan keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.
c)      Pada tanggal 13 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia ( Wawasan Nusantara).
d)     Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober- 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke 50 ini. Selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
e)      Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam keputusannya disebutkan bahwa pembinaaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus di tingkatkan sehingga amanat yang tercantum didalam Garis-garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga Negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
f)       Kongres bahasa Indonesia ke V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober-3 November 1988. Dihadiri kurang lebih tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, dan peserta tamu dari Negara sahabat seperti Brunei Darusalam, Malaysia,Singapura ,Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini ditandatangani dengan dipersembahkan karya besar pusat pembinaandan pengembangan bahasa kepada pecinta bahasa Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Indonesia
g)      Kongres bahasa Indonesia ke VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993. Peserta sebanyak 770 pakar bahasa Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darusalam,Jerman, Hongkong,India, Italia,Jepang, Rusia, Singapura,Korea Selatan dan Amerika serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia di tingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-undang Bahasa Indonesia.
Pada tahun 1953 ,Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah kata dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976 Pusat Bahasa Indonesia menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia dan terdapat penambahan 1.000 kata baru. Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi luar biasa, saat produk asing berupa porperti masuk ke kantoran dan pusat pembelanjaan,banyak istilah asing masuk ke Indonesia. Istilah asing banyak digunakan dan sehingga membuat Pemerintah menjadi khawatir. Pada tahun 1955 terjadi perencanaan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan, dan pusat perbelanjaan yang menggunakan bahasa asing, diganti dengan menggunakan bahasa Indonesia.


















BAB III
METODE PENELITIAN


3.1.Waktu Dan Tempat
Penulis menentukan waktu dan tempat sebelum melakukan penelitian:
Waktu             : Rabu, 13 Mei 2015
Tempat            : Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Jalan Williem Iskandar , Pasar V Medan Estate 20371.
                        dan Warung internet, Jalan Pancing 5 gang Durung, Medan Tembung.
                       

3.2. Metode dan Rancangan Penelitian
Analisis penggunaan tata bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah pada tulisan ini dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi terhadap penggunaan bahasa dalam majalah-majalah ilmiah , kumpulan buku-buku bahasa Indonesia dan informasi dari internet. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan sejarah dari bahasa Melayu dan arti dari Bahasa itu sendiri, dengan menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan  berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan di dalam setiap referensi buku yang di kutip.








BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN


4.1. Pembahasan
4.1.1 Faktor-faktor Bahasa Melayu di angkat menjadi Bahasa Indonesia        
             Dalam kajian disiplin ilmu linguistic bahasa Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak ragam bahasa Melayu dan dasar yang digunakan adalah bahasa Melayu Riau diabad ke-19. Berdasarkan  pengelompokan bahasa  dalam dalam rumpun Austronesia, bahasa Indonesia termasuk dalam kelompok Polenesia Barat. Dalam kelompok tersebut terdapat 175 bahasa. Salah satunya bahasa Indonesia, yang termasuk Melayu Polenesia Barat adalah Melayu Polenesia Filipina dan Indonesia Barat.
             Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu :
a.       Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di indonesia, bahasa perhubungan,  bahasa  perdagangan.
b.      Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa seperti tingkatan bahasa dalam bahsa Jawa (ngoko,kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda (kasar,halus)
c.       Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan suka rela menerima bahsa Melayu sebagai bahasa Nasioanal.
d.      Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
 Terpilihnya bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia mungkin menimbulkan pertanyaan, mengapa  bahasa melayu yang disepakati sebagai dasar bahasa Indonesia ? Padahal disamping bahasa Melayu juga terdapat bahasa daerah yang lain seperti bahasa Jawa yang jumlah penuturnya jauh lebih banyak. Akan tetapi, bukan bahasa Jawa yang disepakati sebagai dasar bahasa Indonesia, melainkan bahasa Melayu Penentapan bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia memang tidak semata-mata berdasarkan jumlah penutur.
Namun, ada faktor lain yang mendasarinya. Salah satu faktor yang menyebabkan bahasa Melayu terpilih menjadi dasar bahasa Indonesia, yakni :
a.      Faktor Intralinguistik
 Faktor intralinguistik adalah faktor yang ada di dalam bahasa itu sendiri, dalam hal ini bahasa Melayu. Kelebihan bahasa Melayu dibandingkan dengan bahasa daerah lain, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, dan bahasa Bali ditinjau dari faktor intralinguistik tampak dalam hal tingakatn bahasa. Bahkan dapat dikatakan bahasa Melayu tanpa tingkatan bahasa.
Kelebihan bahasa Melayu, yaitu sedikit atau tanpa tingkatan bahasa tentu akan mempermudah penutur menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terjadi karena dengan penguasaan kosa kata yang terbatas dimungkinkan terjadi komunikasi antara berbagai lapisan. Sebaliknya di dalam bahasa daerah yang lain, seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali pemilihan kosakata dalam komunikasi cenderung dipengaruhi oleh tuntutan tingkatan bahasa yang dimiliki. Jadi, dapat dipahami bahwa penggunaan bahasa Melayu ternyata tidak serumit bahasa daerah lain yang memiliki tingkatan bahasa.

b.      Faktor ekstralinguistik
Faktor yang berada di luar bahasa Melayu. Faktor diluar bahasa Melayu ini meliputi latar belakang sosial budaya. Kelebihan bahasa Melayu dibandingkan dengan bahasa daerah lain dilihat dari faktor ekstralinguistik tampak dalam dua hal. Pertama, bahasa Melayu telah tersebar luas di wilayah Nusantara. Hal itu disebabkan oleh penuturnya yang cenderung berwatak perantau. Penutur bahasa Melayu merantau karena kebanyakan diantara mereka berprofesi sebagai pedagang. Kedua, pada zaman kerajaan Srwijaya bahasa Melayu telah diangkat sebagai bahasa kebudayaan dan bahasa ilmu pengetahuan, terutama pada sekolah tinggi pusat agama Budha. Disamping itu, bahasa Melayu juga telah menjadi lingua franca (bahasa perhubungan).

4.1.2. Organisasi yang mempengaruhi Perkermbangan Bahasa Indonesia
a)      Budi Otomo
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan.  Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia lebih focus kepada tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk melanjutkan pelajaran menambah  ilmu pengetahuan barat.
b)      Sarikat Islam
Sarekat Islam berdiri pada tahun 1912. Mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik juga. Sejak berdirinya Sarekat Islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak pernah mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
c)      Balai Pustaka
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaka ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah. Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
a.       Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptaanya dalam bahasa Melayu.
b.      Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa Melayu.
c.       Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat, sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
d.      Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa Melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa Melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
d)     Sumpah Pemuda
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres pemuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu. Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai simbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.  Melalui perkembangan pendidikan dan pengajaran yang semakin maju di Indonesia, bahasa Melayu menjadi semakin populer dan bersifat egaliter, sehingga sidang-sidang atau kongres-kongres dari organisasi pergerakan nasional Indonesia menggunakan Bahasa Melayu. Ini ternyata menjadikan bekal untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia dalam berjuang melawan pemerintah Kolonial Belanda.
Oleh karena itu, para pemuda Indonesia dalam konggresnya yang ke- 2 bersatu pada tanggal 28 Oktober 1928 bertekat bulat untuk menggalang persatuan dan kesatuan dengan Sumpah Pemuda Indonesia Raya. Konggres itu menghasilkan keputusan, Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sejak itulah bahasa Melayu disepakati untuk diangkat sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Pesatnya perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di dunia Barat membawa pengaruh terhadap perkembangan bahasa Indonesia, khususnya dibidang kosakata dan istilah. Selain itu, perbedaan latar belakang social budaya dan bahasa daerah penutur memungkinkan menjadi penyabab terjadinya perubahan yang lama kelamaan akan menjadi dialek sendiri. Oleh karena itu, perlu diadakannya kontak terus menerus antar daerah yang satu dengan daerah yang lain untuk menjaga keutuhan bahasa Indonesia.
Adapun kedudukan bahasa Indonesia dan fungsinya, yakni :
a.       Sebagai Bahasa Nasional.
Seperti yang tercantum dalam ikrar ketiga  Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional yang kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah.


b.      Sebagai Bahasa Negara
Tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XV Pasal 36) mengenasi kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahawa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Fungsi Bahasa Indonesia :
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
a.       Lambang kebangsaan
b.      Lambang identitas nasional
c.       Alat penghubung antarwarga, antardaerah dan antarbudaya
d.      Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai :
a.       Bahasa resmi kenegaraan
b.      Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
c.       Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
d.      Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dari gambaran diatas ,terlihat betapa luasnya masalah kebahasaan Indonesia dan alangkah baiknya upaya yang telah di lakukan itu dilanjutkan terus agar bahasa Indonesia berkembang dengan sejalan dengan perkembangan zaman.



BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Sumber dari bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu.
  2. Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.
  3. Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa Indonesia karena bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di Nusantara dan bahasa Melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa.
  4. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
  5. Seiring dengan perkembangannya  bahasa Indonesia memiliki banyak ragam dan variasi namun semua menambah kekayaan bahasa Indonesia sendiri.
5.2. Saran
Sebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah bahasa melayu. Sebagai bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai nilai-nilai sejarah tersebut dengan tetap menghrmati bahasa melayu. Disamping itu alangkah baiknya apabila kita menggunakan bahasa indonesia secara baik dan benar.




DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Muhsin, 1990. Sejarah dan Standarisasi Bahasa Indonesia. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Khairina, 2013. Cermat Berbahasa Indonesia Bahan Kuliah untuk Perguruan Tinggi. Medan.
Murthado, Ali, 2012. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Medan : Wal Ashri Publishing.
Nasution , Rahmad Hidayat. 2012. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Medan : Wal Ashri Publishing.
(Diakses tanggal 13 Mei 2015).






Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer