SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU DALAM UPAYA MENJADI BAHASA NASIONAL INDONESIA
SEJARAH
PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU DALAM UPAYA MENJADI BAHASA NASIONAL INDONESIA
KARYA
TULIS ILMIAH
Oleh
:
NADYA AFRINA
NIM
: 33.14.3.025
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
LEMBAR
PENGESAHAN
1. Judul
: Sejarah Perkembangan
Bahasa Melayu dalam upaya
menjadi
Bahasa Nasional Indonesia.
2. Nama : Nadya Afrina
3. NIM
: 33.14.3.025
4. Fak/Jur : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan/ Jurusan BKI
Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan
untuk memenuhi syarat sebagai salah satu tugas akhir Bahasa Indonesia semester
II (dua).
Dosen Pembimbing
Khairina, S.S., M.Hum.
|
Penulis
NADYA AFRINA
NIM : 33.14.3.025 9951042729
|
ABSTRAKSI
Bahasa Indonesia adalah
bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang
Dasar RI 1945, pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia
sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sejak
saat itu, bahasa melayu yang digunakan di wilayah Indonesia sekarang mulai
dinamai Bahasa Indonesia. Namun, secara resmi penyebutan bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi di Indonesia baru muncul pada 18 Agustus 1945 ketika
konstitusi Indonesia diresmikan. Dari jumlah pemakainya di Indonesia, bahasa
melayu bukan bahasa terbesar. Bahasa Jawalah yang merupakan bahasa terbesar
dari segi pemakainya pada saat itu. Namun, bahasa melayu dipilih sebagai bahasa
Indonesia karena bahasa ini sudah menjadi lingua franca atau bahasa pengantar
di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara sejak ribuan tahun lalu.
Salah satu buktinya adalah catatan inskripsi di Sojomerto,
Jawa Tengah yang menggunakan bahasa Melayu kuno. Inskripsi ini tidak bertahun,
tetapi menurut estimasi ahli dibuat pada pertengahan abad 7. Ini menunjukkan
bahwa bahasa Melayu pun sudah dikenal di Pulau Jawa sejak ribuan tahun lalu. Meski demikian, hanya sebagian
kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa
itu, karena dalam percakapan sehari-hari masyarakat lebih banyak menggunakan
bahasa tidak resmi. Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu
dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian
besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti
bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno.
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kemudahan, kelancaran dan
kekuatan serta petunjuk dan bimbingan kepada penulis, karena atas
petunjuk-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan baik yang
berjudul “SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU DALAM UPAYA MENJADI BAHASA NASIONAL
INDONESIA”. Banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan secara
langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian Karya Ilmiah ini ini maka dari
itu menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu
Khairina, S.S., M.Hum. selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara.
2. Teman-teman
semua yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini.
Akhirnya, Semoga penyusunan Karya Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan para pembaca, oleh karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan sehingga terdapat kesempurnaan pada Karya Ilmiah
ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan arti dalam pengembangan
pendidikan yang akan datang. Amien.
Medan
,25 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI




BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah 1

1.2.
Rumusan Masalah 2

1.3.
Tujuan Penelitian 2

1.4.
Manfaat Penelitian 2

BAB
II LANDASAN TEORI




2.2.3. Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Zaman

BAB
III METODE PENELITIAN


BAB
IV PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1.1. Faktor-faktor Bahasa Melayu di angkat

4.1.2. Organisasi yang mempengaruhi Perkembangan


BAB
V PENUTUP



BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah
salah satu bagian terpenting dari kehidupan manusia. Bahasa dan manusia ibarat
dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan. Dengan bahasa, manusia dapat
menciptakan pesan,tanda,makna,arti,maksud dan pengertian. Dengan bahasa juga,
manusia dapat berkomunikasi, berinteraksi dengan masyarakat. Bahasa yang
menjadi media untuk menciptakan sebuah pengertian dan terbangunnya saling
memahami.
Di dalam
disiplin ilmu komunikasi, bahasa menjadi instrument dalam penentuan kesamaan
makna. Karena kesamaan bahasa belum tentu melahirkan kesamaan makna. Dengan
bahasa yang lebih sederhana,mengerti bahasanya saja belum tentu memberikan
makna yang di bawakan oleh bahasa tersebut. Percakapan yang terjadi akan
menjadi komunikatif, jika mengerti bahasa yang digunakan dan di pahami akan
maknanya.
Saat ini bahasa
Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa Negara di Indonesia. Di samping
bahasa Indonesia, di Indonesia juga terdapat banyak bahasa, baik bahasa daerah
maupun bahasa asing, yang digunakan sebagai alat komunikasi . Salah satu
diantara bahasa daerah yang tidak dapat dari sejarah bahasa Indonesia adalah
bahasa Melayu. Sebenarnya bahasa Melayu mempunyai penutur yang relatif sedikit
dibandingkan dengan jumlah penutur bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Walaupun
demikian, ternyata bahasa Melayu terpilih sebagai dasar bahasa Indonesia. Hal
itu berarti bahwa bahasa Indonesia yang dikenal saat ini sebenarnya berasal
dari bahasa Melayu.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah perkembangan bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana
upaya bahasa Melayu agar dapat menjadi bahasa nasional Indonesia ?
1.3.
Tujuan Masalah
Tujuan
dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan tentang sejarah bahasa melayu, dan
upaya bahasa Melayu agar dapat menjadi bahasa nasional Indonesia. Tujuan ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai sejarah asal dari
bahasa Indonesia.
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Dapat
memberikan informasi mengenai sejarah dari bahasa Indonesia adalah dari bahasa
Melayu.
2. Dapat
memberikan Informasi mengenai upaya tokoh Indonesia yang dapat menjadikan
bahasa melayu sebagai bahasa nasional Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Sejarah Bahasa Melayu
Bahasa
merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia
dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat
beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis. Setelah
kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung
antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung
antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan
internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku
bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Bahasa melayu
mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di
Indonesia pada masa lalu. Bahasa ini tidak hanya sekedar sebagai alat
komunikasi dibidang ekonomi (perdagangan), tetapi juga dibidang visual (alat
komunikasi massa), Politik (perjanjian antar kerajaan). Sejak itulah penguasaan
dan pemakaian bahasa melayu menyebar ke seluruh pelosok kepulauan Indonesia.
Perkembangan bahasa melayu tersebut dinamakan perkembangan konseptual yang
memiliki tiga bentuk.
a.
Pertama, perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh
interaksi antar daerah,
b.
Kedua,
perkembangan bahasa daerah yang lain.
c.
Ketiga, perkembangan bahasa yang di akibatkan oleh
pertemuan bahasa melayu dalam konteks yang lebih luas.
Bahasa melayu
berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan sosial yang bersinggungan
antar ruang dan waktu, yang mana terjadi suatu hal yang sedang mempengaruhi
penggunaan bahasa. Historis tersebut dapat dilihat dari asal usul bahasa yang
merupakan awal komunikasi antar orang yang menggunakan bahasa isyarat ke
kata-kata yang semakin komunikatif. Menurut ahli etnologi dan filologi, bahasa Melayu termasuk bahasa
Austronesia, berasal dari Kepulauan Riau (Sumatera) telah mengalami proses
perkembangan seperti itu. Mula-mula bahasa ini hanya dipercakapkan terbatas
oleh penuturnya di Riau dan sekitarnya. Secara kebetulan, karena kepulauan ini
terletak di jalur perdagangan yang sangat ramai di selat Malaka dan penduduknya
sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan atau pedagang antar
pelabuhan serta bahasanya mudah dipahami atau komunikatif maka penutur bahasa
Melayu sering berinteraksi dengan penutur bahasa yang lain (seperti bahasa
Hindi, Malagasi, Tagalok, Jawa, dan lain-lainnya) sehingga menjadi dikenal dan
berkembang di Malaka dan daerah-daerah sekitarnya.
Akhirnya bahasa ini tidak hanya
digunakan oleh para pedagang di sekitar perairan Malaka, tetapi juga di seluruh
Nusantara. Pada zaman
kerajaan Majaphit atau diperkirakan sebelum abad XV, bahasa Melayu itu telah
menjadi lingua franca ( bahasa dagang
bagi para saudagar di pelabuhan-pelabuhan di Asia ), misalnya Asia
Tenggara, dan Asia Timur. Pada bulan Agustus 2002, bahasa Melayu dianggap banyak penuturnya di dunia. Kemudian
pernah ditulis di dalam salah satu surat
kabar di Malaysia bahwa bahasa Melayu menduduki posisi keempat dalam urutan
bahasa utama dunia, setelah Bahasa Tionghoa, Inggris, dan Spanyol.
Menurut James T. Collins, hal itu tidak benar, Karena ia
mengatakan bahwa jumlah penutur bahasa Melayu di seluruh dunia hanya 250 juta
orang, sedang penutur bahasa Hindi yang menjadi bahasa ibu maupun bahas kedua
atau ketiga di India dan di negara lain seperti di Mauritius, Afika selatan,
Yaman, dan lain-lain pada tahun 1988
berjumlah 300-435 juta orang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa
melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan
di Indonesia pada masa lalu. Ini tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi di
bidang ekonomi (perdagangan), tetapi juga di bidang sosial (alat komunikasi
massa), politik (perjanjian antar kerajaan), dan sastra-budaya (penyebaran
agama Islam dan Kristen).
Di Indonesia banyak karya sastra berbahasa Melayu, di
antaranya seperti Hikayat Raja Pasai,Sejarah Melayu, Hikayat Hasanudin, dan
lain-lain. Sejak itu penguasaan dan pemakaian bahasa Melayu menyebar ke
seluruh pelosok kepulauan Indonesia,tidak hanya di daerah pantai atau pelabuhan
tetapi juga di pedalaman dan memberikan wilayah yang heterogen itu suatu kesan
kebersatuan kepada pihak luar. Tetapi ada juga kesatuan yang lebih mendalam
yang mengikat bersama sebagian besar suku bangsa dan orang Indonesia. Kesatuan
ini muncul dari unsur-unsur dasar yang umum dari peradaban mereka.
Selanjutnya, pada awal abad XX di Indonesia berkembang suatu
situasi yang mendorong munculnya suatu pemikiran akan perbaikan nasib terhadap
rakyat pribumi dari pemerintaah kolonial Belanda melalui kebijakan Politik
Etis yang meliputi, program edukasi, transmigrasi, dan irigasi. Melalui
program edukasi itulah, sekolah-sekolah bumi putra bermunculan dengan pengantar
bahasa daerah, di mana sekolahan itu berada.
Pada perkembangan berikutnya, pemerintah menuntut agar
setiap sekolah menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya.Tetapi
sejak awal abad XX kepentingan daerah jajahan memerlukan tenaga-tenaga rendahan
yang mengerti bahasa Belanda, kemudian muncul sekolah-sekolah dengan pengantar
bahasa Belanda. Di kota-kota, sekolah lebih banyak mengajarkan bahasa Belanda.
Dengan
sistem pendidikan itu, kemudian munculah kelompok elit baru yang amat peka
terhadap perubahan zaman. Tanda-tanda kepekaan terhadap perubahan itu dapat
dilihat dengan lahirnya organisasi yang bercorak politik yang mencita-citakan
kemajuan dan kemerdekaan bangsa, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan
Indische Partij.
Sangat menarik untuk dicatat ialah mengenai bahasa yang
dipakai di dalam konggres-konggres oleh orgranisasi pergerakan Indonesia pada
waktu itu adalah kebanyakan bahasa Melayu, Jawa, dan Belanda. Salah seorang
pelajar yang tergabung dalam Indonesische
Verbond van studeerenden di Wageningen, Belanda pada tahun 1918 telah
mengusulkan agar bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa pengantar di
sekolah-sekolah di Indonesia.
Melalui perkembangan pendidikan dan pengajaran yang semakin
maju di Indonesia, bahasa Melayu menjadi semakin populer dan bersifat egaliter,
sehingga sidang-sidang atau kongres-kongres dari organisasi pergerakan nasional
Indonesia menggunakan Bahasa Melayu. Ini ternyata menjadikan bekal untuk
mempersatukan seluruh bangsa Indonesia dalam berjuang melawan pemerintah
Kolonial Belanda. Oleh karena itu, para pemuda Indonesia dalam kongresnya yang
ke 2 bersatu pada tanggal 28 Oktober 1928 bertekat bulat untuk menggalang
persatuan dan kesatuan dengan Sumpah Pemuda Indonesia Raya. Konggres itu
menghasilkan keputusan: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Sejak itulah bahasa Melayu disepakati untuk
diangkat sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia.
2.2. Sejarah Perkembangan Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, penerimaan itu
tidak terjadi begitu saja , ada beberapa tahapan dan proses dalam penerimaan
itu yang membutuhkan waktu lama. Tahapannya meliputi :
2.2.1
Masa Pra-1928
Bila dilihat dari sudut pandang
sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungab atau komunikasi sejak abad
VII yaitu masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat
kebudayaan,perdagangan,tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan
(Budha) dengan menggunakan bahasa perhubungan yakni bahasa Melayu.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa
Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, juga digunakan
sebagai bahasa pengantar,bahasa resmi,bahasa agama, dan bahasa dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu juga di gunakan sebagai bahasa
penerjemaah buku-buku keagamaan misalnya buku keagamaan yang di terjemaahkan ke
dalam bahasa Melayu oleh I Tsing.
Bukti lain adalah di temukannya
berbagai prastasi yang menggunakan bahasa Melayu. Prastasi-prastasi tersebut
antara lain :
a) Prastasi Kedukan Bukit di Palembang,
tahun 683 M.
b) Prastasi Talang Tuo di
Palembang,tahun 684 M.
c) Prastasi Kota Kapur di Bangka
Barat,tahun 686 M.
d) Prastasi Karang Brahi antara Jambi
dan Sungai Musi, tahun 688 M.
e) Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa
tengah, tahun 832 M.
f) Prastasi Bogor,di Bogor, tahun 942
M.
Masuknya agama Islam ke kepulauan Nusantara membuat
kedudukan bahasa Melayu semakin penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan
bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran Islam
ikut memperkaya khazanah kosakata dalam bahasa Melayu.
Perkembangan bahasa Melayu berikutnya,tampak pada masa
kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia yang di mulai sejak berdirinya Budi
Utomo (1908) yang telah menggunakan bahasa Melayu sebagai alat bertukarnya
informasi dan komunikasi antar penggerak. Hal ini di anggap penting dan perlu,
karena dengan itu akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam rangka
Nasional.
Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan
penerbitan buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie Voor de Volkslectuur ( Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan
buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun
bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang membantu penyebaran bahasa
Melayu di kalangan masyarakat luas.
Dalam Kongres II Jong Sumatera, di putuskan memakai bahasa
Melayu sebagai bahasa persatuan antar-Jong. Tindak lanjut atas keputusan
tersebut adalah dengan menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglal dan Kaoem
Moeda. Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang di uraikan diatas,
maka pada tanggal 28 Oktober 1928 di selenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta
oleh berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres Pemuda yaitu dengan
dicetuskan ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu berisikan :
a) Kami putra dan putri Indonesia,
mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
b) Kami putra dan putri Indonesia,
mengaku bertanah air satu tanah air Indonesia.
c) Kami putra dan putri Indonesia,
menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
2.2.2
Masa Pasca-1928
Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukan bahwa bahasa Melayu sudah
berubah menjadi bahasa Indonesia. Pada masa itu terjadinya krisis terhadapan
keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah Belanda, berusaha mengganggu
keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga jumlah pakar bahasa Indonesia sepakat
untuk mengadakan Kongres I bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta
(Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1938.
Dari hasil Kongres tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
kaum cendikiwan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berate pula sebagai
pencetus kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa
Indonesia.
2.2.3
Perkembangan Bahasa Indonesia pada
Zaman Kemerdekaan
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan
perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan sampai sebelum massa
reformasi antara lain :
a) Kongres Bahasa Indonesia II di Medan
pada tanggal 28 Oktober- 2 November 1954 salah satu perwujudan tekat bangsa
Indonesia untuk terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahas kebangsaan dan di tetapkan sebgai bahasa Negara.
b) Pada tanggal 16 Agustus 1972
Presiden Republik Indonesia H.M. Soeharto, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan ( EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan siding
DPR yang dikuatkan pula dengan keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.
c) Pada tanggal 13 Agustus 1972 Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh
wilayah Indonesia ( Wawasan Nusantara).
d) Kongres Bahasa Indonesia III yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober- 2 November 1978 merupakan
peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam
rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke 50 ini. Selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
e) Kongres bahasa Indonesia IV yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November 1983. Kongres ini
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam
keputusannya disebutkan bahwa pembinaaan dan pengembangan bahasa Indonesia
harus di tingkatkan sehingga amanat yang tercantum didalam Garis-garis Besar
Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga Negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.
f) Kongres bahasa Indonesia ke V di
Jakarta pada tanggal 28 Oktober-3 November 1988. Dihadiri kurang lebih tujuh
ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, dan peserta tamu dari
Negara sahabat seperti Brunei Darusalam, Malaysia,Singapura ,Belanda, Jerman,
dan Australia. Kongres ini ditandatangani dengan dipersembahkan karya besar
pusat pembinaandan pengembangan bahasa kepada pecinta bahasa Nusantara, yakni
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Indonesia
g) Kongres bahasa Indonesia ke VI di
Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993. Peserta sebanyak 770 pakar
bahasa Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia,
Brunei Darusalam,Jerman, Hongkong,India, Italia,Jepang, Rusia, Singapura,Korea
Selatan dan Amerika serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Indonesia di tingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa
Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-undang Bahasa Indonesia.
Pada tahun 1953 ,Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama
kalinya disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah kata
dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976 Pusat Bahasa
Indonesia menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia dan terdapat penambahan 1.000 kata
baru. Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi luar biasa, saat
produk asing berupa porperti masuk ke kantoran dan pusat pembelanjaan,banyak
istilah asing masuk ke Indonesia. Istilah asing banyak digunakan dan sehingga
membuat Pemerintah menjadi khawatir. Pada tahun 1955 terjadi perencanaan
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Nama-nama gedung, perumahan, dan
pusat perbelanjaan yang menggunakan bahasa asing, diganti dengan menggunakan
bahasa Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Waktu Dan Tempat
Penulis
menentukan waktu dan tempat sebelum melakukan penelitian:
Waktu : Rabu, 13 Mei 2015
Tempat : Perpustakaan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, Jalan Williem Iskandar , Pasar V Medan Estate 20371.
dan Warung internet,
Jalan Pancing 5 gang Durung, Medan Tembung.
3.2. Metode dan Rancangan
Penelitian
Analisis
penggunaan tata bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah pada tulisan ini dilakukan
dengan analisis pustaka dan observasi terhadap penggunaan bahasa dalam
majalah-majalah ilmiah , kumpulan buku-buku bahasa Indonesia dan informasi dari
internet. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan sejarah dari bahasa Melayu
dan arti dari Bahasa itu sendiri, dengan menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia
sesuai dengan aturan berbahasa yang
ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, Ejaan di dalam setiap referensi buku yang di kutip.
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1.
Pembahasan
4.1.1 Faktor-faktor Bahasa Melayu di angkat menjadi
Bahasa Indonesia
Dalam kajian disiplin ilmu linguistic bahasa Indonesia merupakan salah
satu dari sekian banyak ragam bahasa Melayu dan dasar yang digunakan adalah
bahasa Melayu Riau diabad ke-19. Berdasarkan
pengelompokan bahasa dalam dalam
rumpun Austronesia, bahasa Indonesia termasuk dalam kelompok Polenesia Barat.
Dalam kelompok tersebut terdapat 175 bahasa. Salah satunya bahasa Indonesia,
yang termasuk Melayu Polenesia Barat adalah Melayu Polenesia Filipina dan
Indonesia Barat.
Ada empat faktor yang menyebabkan
bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu :
a.
Bahasa
Melayu sudah merupakan lingua franca
di indonesia, bahasa perhubungan, bahasa perdagangan.
b.
Sistem
bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam dalam bahasa ini tidak
dikenal tingkatan bahasa seperti tingkatan bahasa dalam bahsa Jawa (ngoko,kromo) atau perbedaan bahasa kasar
dan halus seperti dalam bahasa Sunda (kasar,halus)
c.
Suku
Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan suka rela menerima bahsa Melayu
sebagai bahasa Nasioanal.
d.
Bahasa
Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
Terpilihnya bahasa Melayu sebagai dasar bahasa
Indonesia mungkin menimbulkan pertanyaan, mengapa bahasa melayu yang disepakati sebagai dasar
bahasa Indonesia ? Padahal disamping bahasa Melayu juga terdapat bahasa daerah
yang lain seperti bahasa Jawa yang jumlah penuturnya jauh lebih banyak. Akan
tetapi, bukan bahasa Jawa yang disepakati sebagai dasar bahasa Indonesia,
melainkan bahasa Melayu Penentapan bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia
memang tidak semata-mata berdasarkan jumlah penutur.
Namun, ada
faktor lain yang mendasarinya. Salah satu faktor yang menyebabkan bahasa Melayu
terpilih menjadi dasar bahasa Indonesia, yakni :
a.
Faktor
Intralinguistik
Faktor intralinguistik
adalah faktor yang ada di dalam bahasa itu sendiri, dalam hal ini bahasa
Melayu. Kelebihan bahasa Melayu dibandingkan dengan bahasa daerah lain,
misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, dan bahasa Bali ditinjau
dari faktor intralinguistik tampak dalam hal tingakatn bahasa. Bahkan dapat
dikatakan bahasa Melayu tanpa tingkatan bahasa.
Kelebihan bahasa Melayu, yaitu sedikit atau tanpa tingkatan
bahasa tentu akan mempermudah penutur menggunakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal itu terjadi karena dengan penguasaan kosa kata yang terbatas
dimungkinkan terjadi komunikasi antara berbagai lapisan. Sebaliknya di dalam
bahasa daerah yang lain, seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali
pemilihan kosakata dalam komunikasi cenderung dipengaruhi oleh tuntutan
tingkatan bahasa yang dimiliki. Jadi, dapat dipahami bahwa penggunaan bahasa
Melayu ternyata tidak serumit bahasa daerah lain yang memiliki tingkatan
bahasa.
b.
Faktor
ekstralinguistik
Faktor yang berada di luar bahasa Melayu. Faktor diluar
bahasa Melayu ini meliputi latar belakang sosial budaya. Kelebihan bahasa
Melayu dibandingkan dengan bahasa daerah lain dilihat dari faktor
ekstralinguistik tampak dalam dua hal. Pertama, bahasa Melayu telah tersebar
luas di wilayah Nusantara. Hal itu disebabkan oleh penuturnya yang cenderung
berwatak perantau. Penutur bahasa Melayu merantau karena kebanyakan diantara
mereka berprofesi sebagai pedagang. Kedua, pada zaman kerajaan Srwijaya bahasa
Melayu telah diangkat sebagai bahasa kebudayaan dan bahasa ilmu pengetahuan,
terutama pada sekolah tinggi pusat agama Budha. Disamping itu, bahasa Melayu
juga telah menjadi lingua franca
(bahasa perhubungan).
4.1.2. Organisasi yang mempengaruhi
Perkermbangan Bahasa Indonesia
a)
Budi Otomo
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang
bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum
terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk
masuk ke sekolah Belanda diperingan. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa
Indonesia lebih focus kepada tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa
Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk melanjutkan pelajaran
menambah ilmu pengetahuan barat.
b)
Sarikat
Islam
Sarekat Islam berdiri pada tahun 1912. Mula-mula partai ini
hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik
juga. Sejak berdirinya Sarekat Islam yang bersifat non kooperatif dengan
pemerintah Belanda dibidang politik tidak pernah mempergunakan bahasa Belanda.
Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
c)
Balai
Pustaka
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaka
ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada
tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku,
balai pustaka juga menerbitkan majalah. Hasil yang diperoleh dengan
didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Meberikan kesempatan kepada
pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptaanya dalam
bahasa Melayu.
b. Memberikan kesempatan kepada rakyat
Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa Melayu.
c. Menciptakan hubungan antara
sastrawan dengan masyarakat, sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan
hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita
bangsanya.
d. Balai pustaka juga memperkaya dan
memperbaiki bahasa Melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa Melayu
yang bersusun baik dan terpelihara.
d)
Sumpah
Pemuda
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang
diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun
1926, telah pula diadakan kongres pemuda yang tepat penyelenggaraannya juga di
Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan
politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak
akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan
nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon
Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk
mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu. Pada tahun itu
organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar
Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan
kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang
kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan
berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar
sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal
permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan
sebagai simbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa
pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa cita-cita
itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media
kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru. Melalui perkembangan pendidikan dan
pengajaran yang semakin maju di Indonesia, bahasa Melayu menjadi semakin
populer dan bersifat egaliter, sehingga sidang-sidang atau kongres-kongres dari
organisasi pergerakan nasional Indonesia menggunakan Bahasa Melayu. Ini
ternyata menjadikan bekal untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia dalam
berjuang melawan pemerintah Kolonial Belanda.
Oleh karena itu, para pemuda
Indonesia dalam konggresnya yang ke- 2 bersatu pada tanggal 28 Oktober 1928
bertekat bulat untuk menggalang persatuan dan kesatuan dengan Sumpah Pemuda
Indonesia Raya. Konggres itu menghasilkan keputusan, Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sejak itulah bahasa
Melayu disepakati untuk diangkat sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional
yaitu Bahasa Indonesia
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Pesatnya
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di dunia Barat membawa pengaruh terhadap
perkembangan bahasa Indonesia, khususnya dibidang kosakata dan istilah. Selain
itu, perbedaan latar belakang social budaya dan bahasa daerah penutur memungkinkan
menjadi penyabab terjadinya perubahan yang lama kelamaan akan menjadi dialek
sendiri. Oleh karena itu, perlu diadakannya kontak terus menerus antar daerah
yang satu dengan daerah yang lain untuk menjaga keutuhan bahasa Indonesia.
Adapun
kedudukan bahasa Indonesia dan fungsinya, yakni :
a. Sebagai Bahasa Nasional.
Seperti yang tercantum dalam ikrar
ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa Nasional yang kedudukannya berada diatas
bahasa-bahasa daerah.
b.
Sebagai Bahasa Negara
Tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XV Pasal 36) mengenasi kedudukan bahasa
Indonesia yang menyatakan bahawa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Fungsi Bahasa Indonesia :
Di
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
:
a.
Lambang
kebangsaan
b.
Lambang
identitas nasional
c.
Alat
penghubung antarwarga, antardaerah dan antarbudaya
d.
Alat
yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang
bulat.
Di
dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai :
a.
Bahasa
resmi kenegaraan
b.
Bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan
c.
Alat
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan
d.
Alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dari gambaran diatas ,terlihat betapa luasnya masalah
kebahasaan Indonesia dan alangkah baiknya upaya yang telah di lakukan itu
dilanjutkan terus agar bahasa Indonesia berkembang dengan sejalan dengan
perkembangan zaman.
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
- Sumber dari bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu.
- Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.
- Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa Indonesia karena bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di Nusantara dan bahasa Melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa.
- Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
- Seiring dengan perkembangannya bahasa Indonesia memiliki banyak ragam dan variasi namun semua menambah kekayaan bahasa Indonesia sendiri.
5.2. Saran
Sebagaimana
yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah bahasa melayu. Sebagai
bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai nilai-nilai sejarah tersebut
dengan tetap menghrmati bahasa melayu. Disamping itu alangkah baiknya apabila
kita menggunakan bahasa indonesia secara baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Muhsin, 1990. Sejarah dan Standarisasi Bahasa Indonesia. Bandung :
Sinar Baru Algesindo.
Khairina,
2013. Cermat Berbahasa Indonesia Bahan
Kuliah untuk Perguruan Tinggi. Medan.
Murthado,
Ali, 2012. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Medan : Wal Ashri Publishing.
Nasution
, Rahmad Hidayat. 2012. Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Medan : Wal Ashri Publishing.
(Diakses
tanggal 13 Mei 2015).
para😘
BalasHapus