Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah



LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH















 









Di susun Oleh Kelompok 1:
Muhammad Fikri Faruza
Muhammad Reza
Nadya Afrina
Nurhayati
Siti Aisyah
                                                                                                  




        FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia yang tidak henti-hentinya penulis terima di sepanjang hidup. Dialah Dzat yang memampukan penulis dari segala kemustahilan dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “ BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH“  ini dapat di selesaikan.
Makalah ini merupakan wujud dari gagasan perlunya referensi untuk mata kuliah Instrument Konseling. Kemudian makalah ini diintergrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari ahli lain dan konsep-konsep yang baru berkembang. Makalah ini mendapat banyak tambahan materi yang disesuaikan dengan sistematiika pemikiran dari sisi prosedur.
Akhirnya, Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan para pembaca, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan sehingga terdapat kesempurnaan pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan arti dalam pengembangan pendidikan yang akan datang. Amien.

                                                                        Medan, 23 Maret 2016

                                                                        Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………….…………………………...………...
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
BAB II. PEMBAHASAN
a.       Pengertian Bimbingan Konseling…………………………………………………………
b.       Sejarah Bimbingan Konseling ………………..…………………………….
c.        Perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesia……………………………….........................................................
d.      Layanan Bimbingan Konseling
e.       Program Pendukung Bimbingan Konseling.
PENUTUP
a.       Kesimpulan………………………………………………………………
b.      Saran……………………………………………………..………………
DAFTAR PUSTAKA


 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan. Apabila seseorang melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang membimbing. Sebaliknya apabila seseorang melakukan aktifitas membimbing ( memberikan pelayanan bimbingan), berarti ia juga sedang mendidik. Berkenaan dengan pernyataan diatas, pastinya akan timbul pertanyaan “mengapa pelayanan dan bimbingan konseling masih diperlukan dalam dunia pendidikan? Atau “mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam proses pendidikan baik disekolah maupun di madrasah ?” paparan berikut akan menjawab pertanyaan diatas.
Pelayanan bimbingan dan konseling bisa dilakukan dalam setting lembaga pendidikan seperti disekolah. Pembahasan dalam makalah ini memfokuskan pada bimbingan dan konseling disekolah serta pelayanan bimbingan dan konseling dan perkembangan bimbingan konseling di Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian bimbingan dan konseling ?
2.      Bagaimanakah sejarah bimbingan dan konseling ?
3.      Seperti apakah perkembangan BK di Indonesia ?
4.      Apa saja layanan dan program pendukung BK ?






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (berasal dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan  dan konseling merupakan satu kesatuan aktivitas yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian dari integral.
            Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dalam uraian berikut, pengertian bimbingan dan konseling diuraikan secara terpisah.
1.      Makna Bimbingan
            Seperti telah disebutkan di atas bahwa, istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang kata dasarnya “guide” mempunyai beberapa arti:
a.       Menunjukan jalan (showing the way),
b.      Memimpin (leading),
c.       Memberikan petunjuk (giving instruction),
d.      Mengatur (regulating),
e.       Mengarahkan (governing), dan
f.       Member nasihat (giving advice) (winkel, 1991).
            Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan atau tuntutan. Ada juga yang menterjemahkan kata “guidance” dengan arti pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis, bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang di bimbing mampu mandiri atau mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berlandaskan norma-norma (kode etik) yang berlaku. [1]
            Menurut pendapat Crow menyatakan “bimbingan ialah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap umur untuk membantunya mengembangkan aktivitas-aktivitas hidupnya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri”.
2.      Makna konseling
            Istilah konseling yang berasal dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” yang mempunyai beberapa arti yaitu: nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas. Konseling secara etimologis berarti pmberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
            Sebagaimana makna bimbingan, makna konseling juga dapat diketahui dari akronim kata konseling itu ialah kontak hubungan timbale balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk Menangani Masalah klien yang didukung oleh keahlian (Expert) dalam suasana yang laras dan Integrasi, berdasarkan Norma-norma (kode etik) yang berlaku untuk tujuan yang Berguna bagi klien.
            Berdasarkan uraian bimbingan konseling di atas, secara terintegrasi dapat dirumuskan arti bimbingan dan konseling sebagai berikut.
“Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang di berikan oleh pembimbing atau (konselor) kepada individu atau (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbale balik antara keduanya, supaya konseli mempunyai kemampan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mempunyai kemampuan memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli mempunyai kemampuan melihat masalah sendiri, mempunyai kemampuan menerima dirinya sendiri sesuai denngan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri yang dihadapinya”. [2]
B.     Sejarah Bimbingan dan Konseling
Secara umum, konsep bimbingan konseling telah lama di kenal manusia melalui sejarah, sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat di telusuri dari masyarakat Yunani Kuno. Mereka menekankan upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan plato di pandang sebagai konselor Yunani Kuno karena ia menaruh harapan besar terhadap masalah pemahaman psikologis individu,seperti menyangkut aspek pendidikan , moral dan hubungan masyarakat.
1.      Sejarah Bimbingan dan Konseling di Amerika
Bimbingan  dan penyuluhan yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai bimbingan konseling , merupakan suatu ilmu yang baru bila di bandingkan dengan ilmu- ilmu lain pada umumnya . bimbingan dan penyuluhan ini mulai timbul sekitar abad ke 20. Gerakan ini mulanya timbulnya di Amerika ,yang di pelopori oleh tokoh – tokoh seperti Frank Parsons,Jess B David,Eli Wever dan Jhon Brewer.[3]
Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada para pemuda untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950 an bidang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi merambah pada bidang pendidikan.  Dari segi wilayah geografis, bimbingan dan konseling tidak lagi terbatas hanya di Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat. Munculnya Bimbingan dan Konseling di Afmerika pada awal abad XX merupakan tuntunan logis dari dinamika masyarakat Amerika ketika itu.
Sebagaimana diketahui bahwa pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya yang sekuler dan liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak terlepas dari faham sekuler dan liberal.
Meskipun konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat Barat tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya. Kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di lingkungan msyarakat Islam disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda. Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral, dan jabatan siswa.
 Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di Chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem sekolahnya.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namnya menjadi AACD (American Association for Counseling and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA).
C.    Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Perkembangan  layanan bimbingan di Indonesia berbeda dengan di Amerika.Jika di Amerika dimulai usaha perorangan dan pihak swasta,kemudian berangsur-angsur menjadi usaha pemerintah. Sedangkan Indonesia perkembangannya dimulai dengan kegiatan di sekolah dan  usaha-usaha pemerintah. Mengenai penggunaan istilah Guidance dan Counseling di Indonesia ada yang yang tetap menggunakan istiah bahasa asing sehingga sering disingkat “GC”, Bimbingan dan Penyuluhan dengan singkatan “BP”dan Bimbingan dan konseling dengan singkatan “BK”. Dan dipergunakan di IKIP YOGYAKARTA adalah Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan dan konseling secara formal dibicarakan oleh para ahli baru pada tahun 1960. Tetapi di Yogyakarta pada tahun 1958, Drs.Tohari musnamar, dosen ikip Yogyakarta telah mempelopori pelaksanaan BK di sekolah untuk pertama kali di SMA Teladan Yogyakarta. Sedang pada tahun 1960 di adakan konferensi FKIP seluruh Indonesia di Malang, memutuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam FKIP. Dan pada tahun 1961 mulai diadakan layanan bimbingan dan konseling diseluruh SMA Teladan di Indonesia, sejak itu lah BK di Indonesia dimulai.
Pada kurikulum 1975 untuk sekolah umum, dan kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan dicantumkan secara tegas bahwa layanan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan pada tiap-tiap sekolah. Perkembangan mengenai bimbingan dan konseling disekolah di Indonesia sangat dirasakan perlu dan pentingnya ada pembimbing khusus (profesional) yang mengenai bimbingan dan konseling di sekolah.
Perumusan dan pencantuman resmi di dalam rencana  pelajaran SMA disusul dengan berbagai pengembangan layanan bimbingan dan konseling disekolah, seperti rapat kerja, penataran dan lokakarya. Puncak dari usaha ini adalah didirikannnya jurusan bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan(IKIP) negeri. Salah satu yang membuka jurusan Bimbingan dan Penyuluhan adalah IKIP Bandung pada tahun 1963 yang sekarang dikenal dengan nama UPI. Usaha mewujudkan sistem sekolah pembangunan dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan, yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) yang diuji coba didelapan IKIP, menghasilkan dua naskah penting dalam sejarah perkembangan layanan bimbingan di Indonesia yaitu:
a)      Pola dasar rencana dan pengembangan program bimbingan dan penyuluhan melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan.
b)      Pedoma operasional pelayanan bimbingan pada proyek-proyek perintis sekolah pembangunan.
Berdasarkan penelaahan yang cukup kritis terhadap perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia, Prayitno (2003) mengemukakan bahwa peridesasi perkembangan gerakan bimbingan dan koneling di Indonesia melalui lima periode yaitu:
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.

D.    Layanan Bimbingan Konseling
Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu. Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif layanan yang dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran (klien) yang mendapatkan layanan tersebut.
Berbagai jenis layanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik (klien). Disini kami akan membahas sejumlah layanan dalam bimbingan dan konseling yang ada disekolah diantaranya yaitu:

1)      Layanan Orientasi
Layanan orientasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang.[4]
Sedangkan menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan ke depan kearah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.
Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang “asing”. Dalam kondisi keterasingan, individu akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Dalam hal ini layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan individu (siswa) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek yang baru tersebut.[5]




a.      Tujuan dan Fungsi Layanan Orientasi
Layanan ini ditujukan untuk siswa baru dan untuk pihak-pihak lain (terutama orang tua siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. Selain itu Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru.
 Secara khusus tujuan layanan orientasi berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu dalam layanan bimbingan dan konseling. Dilihat Dari Fungsi Pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpainya. Dilihat dari Fungsi Pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar terhindar dari hal-hal negatif yang dapat timbul apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungannya yang baru. Sedangkan dilihat dari Fungsi Pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memelihara potensi dirinya.
Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi adalah dipermudahnya penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demikian juga orang tua siswa, dengan memahami kondisi, situasi, dan tuntutan sekolah anaknya akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya itu.

a)      Materi Umum Layanan Orientasi
Untuk lingkungan sekolah, materi layanan orientasi mencakup hal-hal sebagai berikut:[6]
       a.            Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah
      b.            Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa
       c.            Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa
      d.             Peranan kegiatan bimbingan karier
       e.            Penyelenggaraan pengajaran kurikulum yang ada
       f.            Staf pengajar dan tata usaha
      g.            Peranan layanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa.

2)      Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak yang lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.
Ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan yaitu:
a.       Membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial budaya.
b.      Memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya
c.        Setiap individu adalah unik
Adapun tujuan dari layanan informasi adalah untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggarakan kehidupan sehari-hari, dan dalam mengambil keputusan.
Materi yang dapat diangkat melalui layanan informasi khususnya dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling yaitu: informasi pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sosial budaya. Dari ketiga jenis informasi tersebut dapat digabungkan sebagai berikut:[7]
1.      Tugas-tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan perkembangan pribadi.
2.      Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya.
3.      Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma, dan sopan santun.
4.      Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
5.      Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti, program khusus, dan program tambahan.
6.      System penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti ujian akhir.
7.      Fasilitas penunjang dan sumber belajar.
8.      Cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolaah.
9.      Syarat-syarat memasuki suatu jabatan, kondisi jabatan atau karier serta prospeknya.
10.  Langkah-langkah yang ditempuh guna mendapatkan jabatan.
11.  Memasuki perguruan tinggi yang sejalan dengan cita-cita karier.
12.  Pelaksanaan layanan bantuan unuk masalah pribadi, sosial, belajar, dan karier

3)      Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program latihan, magang, kegiatan kurikuler atau ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya.[8] Sedangkan menurut Winkel, 1991 dalam buku bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mengatakan bahwa layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah dan madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.
Layanan penempatan dan penyaluran ini mempunyai kedudukan yang penting dalam pendidikan sebagai fungsi pencegahan dan pemeliharaan. Layanan Penempatan dan Penyaluran bermanfaat untuk Membantu siswa agar mampu menempatkan, menyalurkan dan merealisasikan dirinya pada keadaan posisi yang tepat. Menyalurkan segala kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat berkembang secara optimal dan memperoleh kepuasaan. Memberikan kemudahan bagi guru dalam pengelolaan kelas dan program pengajaran. Layanan penempatan dan penyaluran harus dilaksanakan secara obyektif dan rasional oleh karena itu perlu kegiatan pendukung berupa aplikasi instrumen dan pengumpulan data. Adapun bentuk-bentuk layanan Penempatan dan Penyaluran adalah sebagai berikut:
1.      Penempatan Dalam Kelas
Layanan penempatan di dalam kelas itu merupakan jenis layanan yang paling sederhana dan mudah dibandingkan dengan penempatan dan penyaluran yang lainnya. Namun demikian, penyelenggaraannya tidak boleh diabaikan. Penempatan siswa di dalam kelas adalah menempatkan siswa ke dalam kelas yang sesuai dengan dirinya. Bentuk penempatan dalam kelas dapat berupa menempatkan siswa berdasarkan  kemampuan akademis, menempatkan siswa dalam kelompok belajar, menempatkan siswa dalam kelompok tugas, dan menempatkan siswa dalam posisi tempat duduk. Menurut Purwoko keuntungan penempatan dalam kelas adalah sebagai berikut: Bagi siswa, penempatan kelas yang tepat memberikan penyesuaian dan pemeliharaan terhadap kondisi diri siswa baik fisik, mental, maupun sosial. Bagi guru, penempatan kelas yang tepat memungkinkan pengelolaan kelas yang kondusif yang akan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Dengan penempatan tempat duduk yang sesuai dengan kondisi siswa, maka kemungkinan terjadinya hambatan-hamabatan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas dapat lebih diminimalisir.
2.      Kelompok Belajar
Bagaimana agar siswa yang kurang pintar juga dapat mengikuti proses belajar dengan baik. Pembentukan kelompok belajar ini  mempunyai dua tujuan pokok. Pertama, untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk  maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Kedua, untuk wadah belajar bersama. Dalam penempatan kelompok belajar ini guru BK harus mengetahui mana saja siswa yang memiliki prestasi yang baik, maupun siswa yang kurang berprestasi. Jika sudah diketahui maka tugas guru BK selanjutnya adalah membagi semua siswa dalam beberapa kelompok belajar yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan yang rendah. Agar semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik, konselor harus mengarahkan kepada siswa yang berkemampuan baik agar menjadi tutor atau pembimbing teman-temannya yang memiliki kemampuan kurang.
3.      Penempatan dan Penyaluran Dalam Kegiatan Ekstakurikuler
Penyaluran siswa kedalam kegiatan kokurikuler atau pun ekstrakurikuler secara tepat dan benar akan sangat membantu dalam menunjang ketercapaian kegiatan intrakurikuler. Selain itu, penempatan yang tepat akan membantu siswa dalam pengembangan bakat dan minatnya. Siswa yang mempunyai bakat dan minat bisa menyalurkannya pada kegiatan ekstrakurikuler. Prosedur dari pelaksanaan dari penempatan pada kegiatan ekstrakurikuler ini adalah Melancarkan angket pilihan kegiatan ekstra kurikuler. Menganalisis angket tersebut Melaksanakan penempatan sesuai dengan kegiatan ekstrakurikuler yang diinginkan. Kegiatan ini mengikuti prosedur berikut: Mempelajari catatan kumulatif dan melancarkan angket pemilihan program atau jurusan. Menganalisis angket yang sudah di lancarkan. Menyediakan informasi yang mungkin diperlukan oleh siswa, membantu memecahkan masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan pemilihan program siswa.


4.      Penempatan dan Penyaluran Jurusan yang Tepat Untuk Siswa
Setiap siswa di hadapkan pada pemilihan program studi seperti penjurusan IPA, IPS, Bahasa bagi mereka yang duduk di bangku SMA. Atau penjurusan untuk anak SMK. Terkadang, dari banyaknya jurusan yang ditawarkan sekolah membuat siswa kesulitan untuk memilih jurusan yang sekiranya cocok bagi dirinya. Maka dari itu, merupakan tugas guru pembimbing untuk memberikan bantuan kepada siswa. Pemberian bantuan itu harus diawali dengan menyajikan informasi pendidikan dan jabatan yang cukup luas. Informasi tersebut hendaknya dapat mengarahkan siswa untuk memahami tujuan, isi (kurikulum), sifat, kesempatan-kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan kerja setelah tamat dari jurusan yang dimaksud. Selain itu, diadakan konsultasi pribadi guna lebih mempermudah siswa yang bersangkutan.
5.      Pendidikan Lanjutan
Penempatan dan penyaluran ke dalam pendidikan lanjutan Sudah menjadi tugas konselor untuk membekali para siswanya yang akan keluar dari sekolah yang bersangkutan. Dan tentunya konselor harus benar-benar membuat rencana yang sistematis untuk memberikan bantuan dalam pengembangan dan penyusunan rencana berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tentang kekuatan dan kelemahan siswa dari segi-segi yang amat menentukan keberhasilan studi pada program pendidikan lanjutan tersebut, terutama segi kemampuan dasar, bakat, dan minat, serta kemampuan keuangan.
Dalam pelaksanaan layanan penempatan siswa ke sekolah sambungan adalah sebagai berikut: Menyelidiki bakat, minat, kemampuan siswa, Menyediakan informasi lanjutan studi, Membantu siswa yang memerlukan bantuan sehubungan dengan kesulitannya dalam memilih lanjutan studi yang diinginkan.
6.      Bidang Perkerjaan
Penempatan dan penyaluran ke dalam pekerjaan atau jabatan di samping penempatan dalam pendidikan lanjutan, sekolah juga harus membantu para siswa yang akan memasuki dunia kerja.  Meskipun di sekeliling siswa tersedia banyak lapangan kerja namun tidak semua lapangan kerja itu cocok dan mudah untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dalam dunia pendidikan, setiap bidang pekerjaan itu memiliki sifat dan ciri-ciri tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan informasi pekerjaan.    Layanan penempatan dan penyaluran ini akan mencapai sukses jika mendapat dukungan yang kuat dari guru dan orang tua siswa. Apalagi trio “guru-konselor-orang tua” kompak dan matang dalam menangani layanan penempatan dan penyaluran demi kebahagiaan anak, sangat dapat diharapkan perkembangan anak berada pada jalur yang tepat.

4)      Layanan Bimbingan Belajar
Layanan pembelajaran yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
Tujuan layanan pembelajaran dimaksudkan agar siswa dengan kemandiriannya dapat memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, serta mendapatkan keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan pembelajaran ialah fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Materi kegiatan layanan bimbingan pembelajaran meliputi:
1.      Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan penyalurannya, kelemahan-kelemahan dan penanggulangannya, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita dan perencanaan masa depan.
2.      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan social dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.
3.      Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif dan efisien.
4.      Teknik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian.
5.      Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi karier, orientasi dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
6.      Pengembangan keterampilan belajar, meliputi: membaca, mencatat, menulis, dan bertanya serta menjawab.[9]

5)      Layanan Konseling Individual
Layanan konseling individual adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.[10]
Menurut Mamat Supriatna (2011) Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (peserta didik). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang professional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan, dan sosial di mana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Konseling ialah proses belajar yang bertujuan agar konseli (peserta didik) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya. Dalam konseling yang diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.[11]Dengan demikian konseling perorangam bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami oleh klien.

6)      Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Gazda mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada kelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat[12]. Dalam redaksi yang berbeda,Tohirin mengemukakan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok.
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (peserta didik), selain itu memungkinkan peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa.[13]

7)      Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antara sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.

Tujuan khusus konseling kelompok, yaitu:
1.      Membahas topik yang mengandung masalah aktual, hangat, dan menarik perhatian anggota kelompok.
2.      Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah kepada tingkah laku dalam bersosialisasi/komunikasi.
3.      Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah bagi individu peserta konseling kelompok yang lain.
4.      Individu dapat mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan emosi.

8)      Layanan Konsultasi
          Layanan konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor (pembimbing), terhadap seorang pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalah pihak ketiga.
          Dalam layanan konsultasi ada tiga pihak yang tidak dapat dipisahkan, yaitu konselor, konsulti, dan pihak ketiga. Konselor merupakan tenaga ahli konseling (tenaga professional) yang memiliki kewenangan melakukan pelayanan konseling sesuai dengan bidang tugasnya. Konsulti adalah individu yang meminta bantuan kepada konselor agar dirinya mampu menangani kondisi atau masalah yang dialami pihak ketiga yang setidak-tidaknya sebagian menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan pihak ketiga adalah individu-individu yang kondisi atau permasalahannya dipersoalkan oleh konsulti.
          Di lingkungan sekolah atau madrasah yang bisa menjadi konsulti adalah kepala sekolah, guru, dan orang tua. Apabila yang menjadi konsulti adalah kepala sekolah, maka pihak ketiganya bisa guru dan siswa. Jika konsulti adalah guru maka pihak ketiganya siswa. Sedangkan jika konsultinya orang tua , maka pihak ketiga adalah anak (terutama yang berstatus sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan). Masalah-masalah yang dikonsultasikan mencakup berbagai hal yang dialami pihak ketiga dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, rumah, maupun di lingkungannya.

9)      Layanan Mediasi
          Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang berasal dari kata “medium” yang berarti perantara. Menurut prayitno layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak cocok. Dalam artian layanan mediasi adalah bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam kondisi bermusuhan. Berbeda dengan layanan yang lain terutama layanan konseling perorangan, dalam layanan mediasi konselor menghadapi klien (siswa) yang terdiri atas dua pihak tau lebih, dua orang atau lebih, dua kelompok atau lebih. Tujuan dari layanan mediasi ialah agar tercapainya kondisi hubungan yang positif dan kondusif diantara para klien atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan. Selain itu agar terjadi perubahan atas kondisi awal yang negative (bertikai) menjadi kondisi baru (kondusif dan bersahabat) dalam hubungan antara kedua belah pihak yang bermasalah.[14]
        Menurut Syamsu Yusuf, beberapa jenis layanan bantuan bimbingan diantaranya yaitu:
a.       Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya
b.      Konseling
c.       Penyajian informasi dan penempatan
d.      Penilaian dan penelitian
E. Program Pendukung Bimbingan Konseling
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan  keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan dosen lebih mudah memahami potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini diharapkan akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien. Ada 2 macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:
A.    Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi Instrumentasi adalah  upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam  bentuk layanan konseling. Aplikasi instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung  mulai dari perencanaan program, penetapan inidividu, menetapkan materi layanan, sebagai  bahan evaluasi dan pengembangan program. Yang perlu diperhatikan dalam aplikasi instrumentasi ini adalah:
a). Materi yang hendak diungkapkan,
b). bentuk instrument yang hendak digunakan.
Dan juga dibantu dengan responden yang bertugas untuk  mengerjakan instrument baik tes maupun non-tesmelalui pengadministrasi yang diselenggarakan oleh Konselor. Konselor sebagai pengguna hasil instrument  digunakan dalam melaksanakan layanan konseling.[15]
B.      Himpunan Data
Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Kegiatan ini memiliki fungsi pemahaman. Konselor sebagai penyelenggara Himpunan data memiliki fungsi:  Menghimpun data, mengembangkan data dan menggunakan data Operasionalisasi.
 Dalam kegiatan ini adalah dapat diketahui beberapa hal yaitu :
1) Menetapkan jenis dan klasifikasi data serta sumber-sumbernya, menetapkan  bentuk himpunan data, menetapkan dan manata fasilitas, menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan dan penggunaan serta menyiapkan kelengkapan administrative.
2)    Pelaksanaan Memetik dan memasukkan ke dalam HD sesuai dengan klasifikasi, memanfaatkan data, memelihara dan mengembangkan HD.  
3)    Evaluasi dan Analisis Mengkaji evisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas  yang digunakan, memerikasa kelengkapan, keakuratan, keaktualan dan kemanfaatan HD, serta melaksanakan analisis terhadap hasil evaluasi berkenaan dengan kelengkapan, keakuratan, keaktualan, kemanfaatan dan efisiensi penyelenggaraannya.
4)    Tindak Lanjut Dalam hal ini adalah mengembangkan himpunan data yang  mencakup: bentuk, klasifikasi dan sistematika data, kelengkapan, keakuratan, ketepatan dan keaktualan data, kemanfaatan data, Penggunaan teknologi. Data yang terhimpun harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling.  Teknis penyelenggaraan serta menyusun laporan HD, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.[16]
C.    Konfrensi Kasus
Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien. Kegiatan konferensi kasus memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan serta tidak menyinggung klien.[17]
Operasionalisme dalam kegiatan ini adalah :
1)    Perencanaan Konferensi kasus harus dibicarakan terlebih dahulu dan mendapat persetujuan dari klien yang bermasalah. Dan seluruh peserta pertemuan harus diyakinkan oleh konselor dan memiliki sikap yang teguh untuk merahasiakan segenap aspek dari kasus yang dibicarakan.
2)    Pelaksanaan Konselor harus mengarahkan pembicaraan sehingga seluruh peserta dapat mengemukakan data atau keterangan yang mereka ketahui dan mengembangkan pikiran untuk memecahkan masalah siswa.[18]
3)    Analisis dan Evaluasi Hasil yang diharapkan dari konferensi kasus yang sukses apabila konselor memperoleh data atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa dan terbangunnya komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya pengentasan masalah siswa.
4)    Tindak Lanjut Seluruh hasil pertemuan dicatat dan didokumentasikan secara rapi oleh konselor dan sebanyak-banyaknya dipergunakan untuk menunjang jenis-jenis layanan masalah siswa yang bersangkutan.

D.    Kunjungan Rumah
 Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan kunjungan rumah memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan. Dalam hal ini Kasus Diidentifikasi terlebih dahulu dan dianalisis perlu tidak diadakannya Kunjungan Rumah sebagai tindak lanjut dari penanganan kasus tersebut. KR menjangkau lapangan permasalahan klien  yang  menjangkau kehidupan keluarga dan terlaksanakan yaitu menghubungi  pihak-pihak terkait dengan keluarga. Materi yang perlu diperhatikan dihadapan orang tua tidak boleh melanggar asas kerahasiaan klien, dan intinya semata-mata  untuk memperdalam masalah klien, serta tidak merugikan klien. Peran klien sendiri sangat penting dalam kegiatan ini, yaitu klien menyetujui Kunjungan Rumah yang akan dilakukan konselor dan  mempertimbangkan perlu tidaknya ia terlibat saat kunjungan rumah.
Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah
a.       Perencanaan Menetapkan kasus yang memerlukan KR, meyakinkan klien akan KR, menyiapkan  data dan informasi yang akan dikomunikasikan dengan keluarga, menetapkan materi KR dan meyiapkan kelengkapan administrasi.
b.      Pelaksanaan Pelaksanaannya adalah mengkomunikasikan rencana pelaksanaan KR, melakukan KR berupa: Bertemu anggota  keluarga (ortu/wal), Membahas masalah klien, Melengkapi data, Mengembangkan komitmen, Menyelenggarakan konseling keluarga , dan merekam dan menyimpulkan hasil KR
c.       Evaluasi dan Analisis Mengevaluasi proses pelaksanaan KR, mengevaluasi kelengkapan dan keakurautan data hasil KR serta komitmen ortu/wali, mengevaluasi penggunaan data dalam rangka pengentasan  masalah klien. Dan menganalisis  terhadap efektifitas penggunaan hasil KR terhadap penanganan kasus.
d.      Tindak Lanjut Tindakan selanjutnya adalah mempertimbangkan apakah perlu dilaksanakan KR ulang atau lanjutan dan mempertimbangkan tindak  lanjut layanan dengan menggunakan  hasil KR  yang lebih lengkap dan akurat. Serta menyusun laporan KR,  menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.
E.     Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan Sebelum di-ATK-kan maka Konselor hendaknya memperhatikan keadaan kenormalan klien dan subtansi masalah klien. Yang harus dipertimbangkan dalam Alih tangan kasus ini adalah karena masalah yang  ada  bukan lagi wewenang Konselor. Konselor  melakukan kontak awal dengan ahli lain, melalui cara yang  cepat dan tepat. Jika ditanggapi positif oleh ahli lain yang dihubungi, maka klien  bertemu dengan ahli lain tersebut dengan membawa surat pengantar jika diperlukan.[19]
 Operasionalisasi yang perlu dilakukan dalam Alih tangan kasus ini adalah
1)    Perencanaan Menetapkan kasus yang akan di ATK, meyakinkan klien akan ATK, menghubung ahli lain yang menjadi arah ATK, menyiapkan   materi ATK dan kelengkapan administratif.
2)    Pelaksanaan Mengkomunikasikan rencana ATK kepada pihak terkait dan mengalihtangankan klien kepada pihak terkait itu.
3)    Evaluasi dan Analisis Membahas hasil ATK  melalui: Klien, laporan dari ahli lain dan analisis hasil ATK  kemudian mengkaji hasil ATK terhadap  pengentasan  masalah klien. Serta Melakukan analisis terhadap efektifitas ATK terhadap pengentsan  masalah  klien secara menyeluruh.
4)    Tindak Lanjut Tindak lanjut yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan lanjutan oleh konselor jika diperlukan atau klien memerlukan ATK ke ahli lain lagi. Serta Menyusun laporan kegiatan ATK,  menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang di berikan oleh pembimbing atau (konselor) kepada individu atau (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbale balik antara keduanya, supaya konseli mempunyai kemampan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mempunyai kemampuan memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli mempunyai kemampuan melihat masalah sendiri, mempunyai kemampuan menerima dirinya sendiri sesuai denngan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri yang dihadapinya.
Dari pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa jenis-jenis kegiatan layanan bimbingan konseling terdiri dari Sembilan jenis yaitu: layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling individual, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan layanan mediasi. Setiap layanan tersebut memiliki fungsi dan tujuan masing-masing yang mana pada dasarnya setiap layanan tersebut berfungsi untuk membantu klien yang bermasalah.
       Sedangkan menurut Syamsu Yusuf kegiatan layanan bimbingan sangat membutuhkan layanan bantuan  seperti:
a.       Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya
b.      Konseling
c.       Penyajian informasi dan penempatan
d.      Penilaian dan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Gazda, G.M. 1978. Group Counseling: A Developmental Approach, Boston: Allyn and Bacon.
Prayitno, 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, Jakarta: P2LPTK.
Ridwan. Penanganan Efektif. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Penerbit  Pustaka Pelajar
Salahudin,Anas.2010. Bimbingan & Konseling. Bandung : CV Pustaka Setia.
Setyaningsih, Kris. 2009. Bimbingan Dan Konseling, Palembang.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan dan konseling berbasis kompetensi (orientasi dasar pengembangan profesi konselor), Jakarta: Rajawali Press.
Suryana, Ermis. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Palembang: Grafika Telindo Press.
Tohirin, 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,.
Yusuf, Syamsu. 2006. Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Tohirin, Bimbingan dan konseling disekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 2014), hal 15-16
[2] Ibid, hal 20-25
[3] Anas salahudin.Bimbingan &Konseling(Bandung:CV Pustaka Setia2010) . hal 5.
[4]  Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Palembang: Grafika Telindo Press, 2009, hlm. 114
[5] Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 141
[6] Kris Setyaningsih, Bimbingan Dan Konseling, Palembang, 2009, hlm. 18-19
[7] Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 2009, hlm. 118-119
[8] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 62
[9] Ermis Suryana, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Palembang: Grafika Telindo Press, 2009, hlm. 122-123
[10] Kris Setyaningsih, Bimbingan Dan Konseling, Palembang, 2009, hlm. 21
[11]Mamat Supriatna, Bimbingan dan konseling berbasis kompetensi (orientasi dasar pengembangan profesi konselor), Jakarta: Rajawali Press, 2011, hlm. 100-101
[12] G.M. Gazda, Group Counseling: A Developmental Approach, Boston: Allyn and Bacon, 1978, hlm. 309
[13] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 170-172
[14] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 187-196
[15] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan    Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 74
[16] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan    Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 78
[17] Ridwan. Penanganan Efektif. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Penerbit  Pustaka Pelajar. Hal. 91
[18] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan    Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 83
[19] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan    Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 74

Komentar

Postingan Populer